SOLOPOS.COM - Salah satu pengunjung showroom PT Iskandartex di Jln. Pakel no. 3 Laweyan, Solo, Jumat (17/3/2023). (Solopos.com/Maymunah Nasution).

Solopos.com, SOLO — Manager Printing PT Iskandar Indah Printing Textile (PT Iskandartex), Hendra Suryawan Setiawati, mengatakan soft launch showroom kedua PT Iskandartex menjadi langkah optimistis usaha tekstil tersebut untuk memajukan produk dalam negeri.

“Sebagus-bagusnya pakaian dari China atau impor fesyen bekas, industri tekstil dalam negeri masih lebih unggul,” papar Hendra saat diwawancarai awak media dalam soft launch showroom PT Iskandartex, Jumat (17/3/2023).

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Ditanya mengenai masifnya impor produk fesyen bekas yang dijual di dalam negeri, Hendra mengatakan langkah pemerintah untuk melarang penjualan dan impor saat ini sudah tepat.

Dia juga menambahkan kualitas tekstil PT Iskandartex tidak kalah dengan produk luar negeri.

Hendra memaparkan produk batik PT Iskandartex sudah sering diekspor ke luar negeri dengan pasar terbesar adalah Dubai, Malaysia, dan Singapura.

Dia juga mengatakan batik PT Iskandartex sempat menjadi langganan untuk seragam pramugari Singapore Airlines. Namun, akibat pandemi Covid-19, pemesanan dari maskapai penerbangan internasional tersebut sempat off dan belum dilanjutkan kembali.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS, Nurul Istiqomah, mengatakan permintaan fesyen lokal di Indonesia masih menjanjikan. Dia juga menyoroti perilaku mahasiswa yang gemar thrifting karena merek pakaian yang dijual.

“Anak-anak muda mengejar gaya hidup dengan merek, makanya mereka pilih thrift walaupun pakaian-pakaiannya bekas,” papar Nurul.

Namun menurut Nurul, penikmat thrift tidak sebanyak penikmat fesyen lokal. Kebersihan adalah salah satu penyebabnya.

Nurul berpendapat fesyen lokal lebih jelas pasarnya, juga lebih luas karena bersih, berkualitas dan lebih unggul. Menurutnya, thrift hanyalah fenomena musiman saja di masyarakat.

Meski begitu, dia menambahkan memang perlu gerakan bersama dan koordinasi antara akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media untuk menghentikan impor barang bekas ilegal yang berdampak pada bisnis lokal.

Menurut Nurul, akademisi berperan untuk memberi saran melihat situasi pasar, bisnis disorot dari kondisi pengusaha yang terkena dampak, dan komunitas disorot karena kemampuan masyarakat juga perlu dilihat.

Peran pemerintah adalah memberi aturan dan kebijakan terkait, serta dari media untuk menyalurkan informasi mengenai kondisi impor barang bekas ke masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya