SOLOPOS.COM - Gerai Pertashop yang berada di kawasan Desa Gonilan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, pada Jumat (28/7/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com Stories

Solopos.com, SOLO — Bisnis Pertashop selalu terdampak karena fluktuasi harga Pertamax. Hanya menjual Pertamax dengan disparitas harga dengan jenis bahan bakar minyak (BBM) lainnya yang tinggi membuat bisnis Pertashop ini terancam.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Seperti diketahui, harga Pertamax saat ini adalah Rp12.500 per liter, sementara harga jenis BBM lainya Pertalite hanya Rp10.000 per liter. Kelesuan bisnis ini terlihat dari sepinya gerai Pertashop di beberapa wilayah di Soloraya pada Jumat (28/7/2023).

Sebut saja di wilayah Desa Gonilan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Selama 20 menit Solopos.com bisa menghitung dengan jari warga yang ingin mengisi tangki BBM mereka. Hanya empat orang pembeli yang datang dalam kurun waktu tersebut. Apabila dikalkulasi secara kasar, dalam satu jam hanya ada 12 pembeli yang datang.

Salah satu pembeli, Haerudin, mengaku jarang membeli BBM ke Pertashop secara sengaja. Alasannya, Pertashop hanya menjual jenis Pertamax, sedangkan ia lebih suka mengisi bahan bakar sepeda motornya dengan Pertalite. “Harganya lumayan mahal Pertamax, kalau kepepet saja ke Pertashop. Banyak beli di SPBU langsung, aksesnya juga mudah dan ada Pertalite,” ujar Haerudin saat ditemui Solopos.com.

Kondisi tak jauh beda dialami salah satu Pertashop di wilayah Desa Gedongan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar. Lalu lintas pembeli di Pertashop ini juga lesu. Karyawan Pertashop, Nasym Prasetyo, mengaku bekerja dari pukul 08.00 WIB hingga 18.00 WIB sejak Agustus 2022. Ia menguraikan Pertashop yang ia jaga sempat tutup sementara waktu karena sepi pembeli. Nasyim menjelaskan, harga Pertamax yang cenderung lebih mahal juga menjadi alasan.

Padahal daerah tempat berdiri Pertashop tersebut cukup ramai kendaraan. Namun menurutnya warga lebih memilih membeli di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) ataupun Pertamini dan eceran. Menurut Nasym, pemilik Pertashop tersebut sudah melengkapi dengan toko kelontong untuk menggaet pembeli dan mendapatkan keuntungan lain di samping Pertashop. Namun kondisi toko itu sekarang tutup.

Modal Awal

Pemilik Pertashop Potronayan 4P.57328, Muhammad Galih Putra Sakti, mengiyakan banyak Pertashop di wilayah Solo juga sepi sehingga banyak yang rugi. Untuk modal awal mendirikan Pertashop, lanjut Galih, berbeda-beda. Modal ini tergantung pada lahan untuk mendirikan Pertashop.

Untuk modal awal yang ia keluarkan saat membangun bisnis sebesar Rp500 juta hingga Rp600 juta. Ia memulai usaha ini sejak Januari 2022. Sebelumnya, ia membuka usaha minuman kekinian. Galih menjelaskan ketertarikan awalnya membuka Pertashop sebab ada penawaran dari Pertamina. Ia tertarik berinvestasi setelah mendengar penjelasakan mengenai mekanisme penjualan yang mendukung program pemerintah untuk pemerataan bahan bakar dan margin keuntungan yang ditawarkan.

Ia menguraikan ada beberapa tipe Pertashop yang ditawarkan, misalnya untuk Gold membutuhkan Rp250 juta dan hanya mendapatkan mesin, belum biaya untuk sewa tempat dan bangunan. Kemudian untuk Platinum membutuhkan modal sebesar Rp417 juta dan Diamond Rp570 juta.

Perbedaan tipe tersebut terletak pada mesin yang ditawarkan, namun produk yang dijual tetap BBM nonsubsidi. Dengan perizinan yang cukup mudah, akhirnya ia berhasil membangun Pertashop miliknya.

Margin yang ditawarkan dari Pertamina adalah Rp850 per liter. “Dulu waktu harga Pertamax masih Rp9.000, sedangkan harga Pertalite Rp7.650. Selisih harganya Rp1.350. Pada waktu itu penjualan Pertamax memang bagus, mulai dari situ lihat polanya ternyata Pertamax ini juga diminati masyarakat. Selisih harganya tidak terlampau tinggi, maka dari pertimbangan itu yang saya ambil dan teman-teman juga ambil,” ujar Galih kepada Solopos.com.

Legalitas Pertamini

Selain masalah disparitas harga, Galih juga mempertanyakan legalitas Pertamini yang eksis di pedesaan. Ia melihat pemilik Pertamini bisa memperoleh keuntungan Rp1.000 hingga Rp1.500 per liter yang berbeda dengan margin Pertashop. Misalnya, kulakan Pertalite kemudian dijual Rp11.000 hingga Rp11.500, masih lebih murah dibandingkan harga Pertamax. Sementara itu konsumen cenderung menyukai produk yang lebih murah.

Penjualan rata-rata di gerai Pertashop adalah 700 liter hingga 800 liter. Penjualan minimal dalam sehari paling tidak adalah 500 liter. Adapun proyeksi balik modal yang ditawarkan Pertamina selama tiga tahun. Namun, masalah disparitas harga ini menjadi kendala. Ia membuka Pertashop miliknya dengan dua sif, sif pagi mulai 05.00 WIB hingga 13.00 WIB dan 13.00 WIB hingga 20.00 WIB yang dijaga oleh dua karyawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya