Solopos.com, SOLO — Para perempuan berusia remaja hingga ibu-ibu di bawah 60 tahun menjadi tumpuan bergeraknya roda ekonomi. Mereka mudah survive dengan banting setir menjadi pengusaha baru ketika badai pandemi menerjang.
Direktur Kelembagaan dan Perencanaan PT Permodalan Nasional Madani (PNM), Sunar Basuki, Jumat (7/1/2022), mengatakan 100% sasaran permodalan usaha ultra mikro adalah perempuan. Mereka mulai fokus pada perempuan sejak 2015 lalu.
Menurut penelitian internalnya, perempuan lebih mudah dipercaya, bisa bertahan di semua kondisi, dan inovatif dalam hal pengembangan usaha. Menurut data survei yang dia miliki, hal itu disebabkan komitmen perempuan pada keluarga yang cukup tinggi.
Data yang dimiliki PNM juga menunjukkan tingkat kemacetan kredit pada nasabah perempuan juga sangat minim. Sampai hari ini, kata Sunar, ada 11 juta nasabah perempuan yang menjadi sasaran program pemberdayaan berbasis kelompok. Mereka terbagi dalam 6.333 kelompok se-Indonesia.
Data yang dimiliki PNM juga menunjukkan tingkat kemacetan kredit pada nasabah perempuan juga sangat minim. Sampai hari ini, kata Sunar, ada 11 juta nasabah perempuan yang menjadi sasaran program pemberdayaan berbasis kelompok. Mereka terbagi dalam 6.333 kelompok se-Indonesia.
Baca Juga: PKL Malioboro Minta Relokasi setelah Lebaran, Ini Respons Sultan HB X
Masing-masing memiliki 15 hingga 20 anggota dengan usia 17 tahun hingga 65 tahun. Masing-masing anggota mendapatkan pinjaman modal usaha mulai dari Rp2 juta hingga Rp20juta.
Kurun waktu setahun mereka mampu menaikkan jumlah sasaran permodalan dari 7,8 juta orang menjadi 11 juta orang. Sementara, dana yang disalurkan mencapai Rp4,9 triliun. “Tahun ini kami menarget Rp14 triliun bisa disalurkan,” kata Sunar.
Peluang pengembangan usaha oleh perempuan ini kemudian ditangkap oleh oleh BRI, dan Pegadaian. Bersama PMN, keduanya menggarap progam holding ultra mikro (UMi) yang dirilis di Balai Kelurahan Manahan Solo, Jumat pagi. Mereka saling berkolaborasi untuk mendukung para perempuan mengembangkan usahanya lewat sektor perdagangan.
Baca Juga: Telur Gabus Kata Oma, Makanan Ringan Sehat dari Bahan Alami
Salah satu perempuan pengembang usaha ultra mikro adalah Nanik Haryani,50. Setiap hari ia berjualan keliling sekolah-sekolah di Solo. Sebanyak 15 ekor biasanya habis dijual hingga jelang malam. Dia menawarkan dagangan keliling sekolah-sekolah di Solo, maupun dititipkan ke penjual tenongan di pasar tradisional.
Omzetnya mencapai Rp600.000 dengan laba bersih sekitar Rp200.000. “Ya enggak banyak memang mbak. Tapi lumayan cukup untuk menghidupi keluarga, untuk menyekolahkan anak-anak,” kata Nanik.
Nanik mengatakan awalnya berjualan sendirian. Sampai akhirnya ia bertemu dengan rekan lain dan bergabung di salah satu kelompok usaha. Banyak manfaat yang dia dapatkan dari bergabung dengan grup usaha. Mulai dari permodalan hinhgga pengembangan strategi dengan memanfaatkan digital.
Mayoritas usaha yang digeluti para perempuan yakni bidang makanan. Selain karena keuletan, Nanik menyadari perempuan punya modal dasar berjualan yakni lewat kepiawaiannya mengolah makanan. Perempuan juga punya semangat yang tinggi untuk belajar.
“Dulu hanya mengandalkan jualan dengan keliling ke sekolah-sekolah. Sekarang digabung jualan dengan HP,” kata dia.