SOLOPOS.COM - Pemimpin Redaksi Solopos Media Group, Rini Yustiningsih bersama General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jateng & DIY, Mochamad Soffin Hadi, dalam talkshow online dengan tema Percepatan Agenda Transisi untuk Ketahanan Energi, yang disiarkan di Youtube Espos Indonesia, Selasa (21/11/2023). (Tangkapan Layar)

Solopos.com, SOLO – Memasuki tahun politik dan di tengah persoalan geopolitik di lingkup global, PLN optimistis prospek konsumsi kelistrikan di 2024 tumbuh positif.

Terlebih untuk wilayah Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ada kawasan-kawasan industri yang membutuhkan pasokan listrik cukup besar.
Hal tersebut disampaikan General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jateng & DIY, Mochamad Soffin Hadi, dalam talkshow online dengan tema Percepatan Agenda Transisi untuk Ketahanan Energi, yang disiarkan di Youtube Espos Indonesia, Selasa (21/11/2023).

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Dalam acara yang dipandu oleh Pemimpin Redaksi Solopos Media Group, Rini Yustiningsih, Soffin menyampaikan kondisi kelistrikan khusus untuk Jateng-DIY sampai Oktober 2023 memiliki daya mampu sebesar 7.060 MW. Untuk beban puncak yakni sekitar 5.203 MW, sedangkan cadangan daya sebesar 1.638 MW (23,9%).

“Ini kondisi yang aman dan sangat cukup,” kata dia.

Sebagai gambaran kondisi kelistrikan di Jateng dan DIY, saat ini dipasok dengan sistem 500 kV di jalur pantai utara dan 500 kV di pantai selatan. Menurutnya pasokan itu sebagai backbone sistem kelistrikan Jamali atau Jawa Madura Bali.

Dikatakan bahwa di dalam sistem 500 kV tersebut juga terkoneksi dengan sistem 150 kV. Untuk itu di Jateng ada istilah sub sistem. Seperti sub sistem Kesugihan, Pemalang, Ungaran, Tanjung Jati, dan Pedan. Setelah dari sistem 150 kV, kemudian akan memasok pada sekitar 80 gardu induk yang tersebar di Jateng dan DIY, dengan total kapasitas gardu induk tersebut adalah sekitar 10.000 MVA.

“Kalau tadi daya terpasangnya sekitar 7.000, beban puncaknya sekitar 5.200, Gardu Induk kami sebenarnya sudah siap dua kali lipatnya. Jadi masih aman dan cadang kami 1.600 atau 23%,” jelas dia.

Dia menjelaskan saat ini jumlah pelanggan di Jateng dan DIY sekitar 13 juta dengan tingkat pertumbuhan sekitar 2,07%, per Oktober tahun ini. Untuk tingkat pertumbuhan tertinggi ada di pelanggan tarif curah, sekitar 240%. Kemudian disusul dengan tarif traksi dan sosial, masing-masing sekitar 17% dan 13%. Namun untuk kelompok pelanggan tarif industri, ternyata pertumbuhannya -5,5%. Alasannya, bahwa saat ini di Jateng, untuk sektor industri, didominasi tekstil. Sementara produk tekstil dan turunannya sedang menurun, imbas persoalan di tingkat global, yakni hubungan memanas antara Ukraina dan Rusia.

Soffin menjelaskan, kondisi yang ada saat ini masih memberikan harapan dan nilai positif terkait konsumsi listrik, kecuali sektor industri. Namun menurutnya, hal itu bukan berarti tanpa peluang. Sebab dari pengalamannya melayani pelanggan industri, masih ada yang mengalami pertumbuhan dalam hal bisnis, sehingga juga berdampak pada konsumsi listrik.

Dia bercerita, ada salah satu industri tekstil di Solo yang baru-baru ini menambah daya 15 MW jadi 16,5 MW. Pertumbuhan itu, ternyata dampak dari pangsa pasar yang dikembangkan pelaku usaha. Dimana industri tersebut lebih banyak menggarap pasar di negara-negara Afrika serta Arab. Menurutnya kejelian dari pelaku usaha tersebut ternyata juga memberikan peluang positif.

Dampak Konflik

Berkaitan dengan proyeksi di 2024, dimana secara nasional masuk tahun politik dan secara internasional ada persoalan geopolitik, Soffin masih optimistis tingkat konsumsi kelistrikan di Indonesia khususnya Jateng dan DIY akan tumbuh positif.

Meski di tahun ini untuk sektor industri pertumbuhannya -5,5%, namun hal itu murni karena dampak dari konflik Ukraina dan Rusia. “Tahun 2024, sesuai harapan dan data, menunjukkan tren yang positif namun tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya,” kata dia.

Persoalan di sektor industri khususnya tekstil, dia percaya para pelaku usaha juga sudah melihat peluang lain. Misalnya dengan mengalihkan pasar dari Eropa dan Amerika ke Afrika dan Asia atau peluang lainnya. Pihaknya juga akan terus menjalin komunikasi dan diskusi dengan para pelaku usaha di wilayah Jateng dan DIY. Terutama mengenai ada tidaknya peluang yang dapat mendorong peningkatan produksi. Sementara dari pasokan listrik, dia memastikan cukup.

“Itu menjadi keyakinan positif di 2024 nanti walaupun tahun politik, saya yakin akan tumbuh, walaupun di angka 3%-4% [untuk industri]. Secara total pelanggan di Jateng dan DIY pertumbuhannya positif,” kata dia.

Sedangkan untuk cadangan daya sebesar 1.638 MW, akan mulai terus diserap dari natural growth atau pertumbuhan alami dari pemakaian rumah tangga dan perkantoran yang akan tumbuh sekitar 2%. Selain itu keberadaan kawasan-kawasan industri seperti di Batang dan Kendal juga akan menyerap cukup banyak daya.

“Kendal tahun ini masuk 30 MW, tahun depan kami sudah MoU sampai 200 MW. Di Batang juga tidak kalah besar, sedang proses perizinan pembangunan gardu induk baru untuk melayani kawasan industri di Batang. Ada pabrik baterai yang sudah intens berkomunikasi dan dayanya sekitar 200 MW,” jelas dia.

Dengan adanya informasi tersebut, dia optimistis Jateng dan DIY, untuk konsumsi kelistrikan di 2024, memiliki prospek positif.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya