SOLOPOS.COM - Manager Business Retail PT PLN (Persero), Megantara Vilanda (kiri atas); Kepala Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Mekanisasi Pertanian, Agung Prabowo (kanan atas); Direktur Konversi Energi Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, Gigih Udi Atmo (kiri bawah), dan Redaktur Pelaksana Solopos, Syifaul Arifin (kanan bawah), dalam Webinar bertajuk Membaca Arah Pengembangan Elektrifikasi dan Tren Teknologi 2024 yang digelar Solopos Media Group melalui channel Youtube Espos Live, pada Selasa (5/2/2024). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) membeberkan sejumlah strategi untuk menyukseskan elektrifikasi sebagai bentuk transisi energi.

Manager Business Retail PT PLN (Persero), Megantara Vilanda, menyebut pihaknya terus melakukan edukasi kepada publik terkait pentingnya elektrifikasi.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Selain itu, pihaknya juga menjalin kemitraan strategis dan pengembangan aplikasi serta teknologi untuk mendukung elektrifikasi. Menurutnya perlu ada partisipasi dan kolaborasi dalam komunitas untuk mendukung transisi energi.

Kendati demikian, Megantara juga menyebut kendala atau tantangan yang dihadapi dalam proses elektrifikasi.

“Kalau kendala atau tantangan, sebenarnya cenderung sudah cukup kuat, misalnya dukungan dari stakeholder terkait,” terang Megantara dalam Webinar bertajuk Membaca Arah Pengembangan Elektrifikasi dan Tren Teknologi 2024 yang digelar Solopos Media Group melalui channel Youtube Espos Live, pada Selasa (5/2/2024).

Lebih lanjut Megantara menyebut tantangan dalam electrifying agriculture dan electrifying marine tentu membutuhkan dukungan pihak terkait, misalnya petani, nelayan, dan pengusaha kapal.

Menurut Megantara, pihak-pihak tersebut membutuhkan modal untuk melakukan konversi alat dari bahan bakar minyak (BBM) menjadi peralatan berbasis listrik.

“Modal itu yang kami butuhkan dukungannya. Bisa dalam bentuk dana hibah atau pinjaman lunak. Tentu dengan peralatan listrik, petani dan nelayan akan mendapatkan efisiensi dari bahan bakar. Dan memberikan jaminan untuk dana yang dipinjamkan,” kata dia.

Tentu, lanjutnya, dukungan dari pihak perbankan dan asosiasi dibutuhan untuk pendanaan dalam bentuk kredit lunak.

Selain itu, menurut Megantara untuk menyukseskan ekosistem kendaraan listrik, pihaknya mengaku perlu memastikan ketersediaan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).

“Masyarakat khawatir belum banyak SPKLU, investor juga belum berani berinvestasi karena kendaraan listrik belum banyak,” terang dia.

Saat ini telah tersedia lebih dari 1.100 SPKLU di seluruh Indonesia. Sebanyak lebih 600 SPKLU dimiliki oleh PLN di samping yang dimiliki pihak swatsa. Pihaknya juga membuka kemitraan untuk mengembangkan SPKLU.

Megantara juga menyebut perlu ada standardisasi mengenai dimensi baterai untuk mekanisme swapping baterai.

Kepala Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Mekanisasi Pertanian, Agung Prabowo, menyebut dari sektor pertanian perlu dilakukan shifting mindset bagi para petani agar mau mengadopsi elektrifikasi tanpa adanya pemaksaan, misalnya ditahap irigasi, dan lain-lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya