SOLOPOS.COM - Warga menikmati suasan malan di pedestrian Koridor Gatsu, Serengan, Solo, Senin (9/1/2023). (Solopos/Putut Hartanto)

Solopos.com, SOLO — Selama empat bulan digelar acara Solo di Waktu Malam yang dipelopori oleh Solo is Solo berhasil menyedot minat publik. Dalam acara tersebut juga dimeriahkan oleh 50 kreator yang membuka lapak di sepanjang koridor Jl. Gatot Subroto (Gatsu) dengan konsep street art market.

Para kreator tersebut menjual aneka ragam bentuk karya seni, misalnya body painting, face painting, aneka craft, kerajinan tangan atau handmade. Direktur Solo is Solo, Irul Hidayat, menjelaskan street art market tersebut saat kali pertama digelar hanya terdapat enam lapak kreator seni. Namun, sekarang berkembang menjadi 50 kreator seni.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

“Bahkan bisa dikatakan nilai omzetnya secara keseluruhan bisa lebih dari Rp20 juta, itu yang masuk dan melaporkan ke kami. Rata-rata tiap lapak bisa dapat omzet minimal Rp300.000, bahkan ada yang tembus di atas Rp2 juta. Menurut kami luar biasa, artinya lapak seni tersebut mendapat apresiasi publik,” ujar Irul saat dihubungi Solopos.com pada Rabu (12/4/2023).

Apreasi yang besar dari publik tersebut tentu menyulap ruang publik menjadi ruang ekonomi kreatif bagi para pelaku industri kreatif. Street art market biasanya dibuka mulai pukul 17.30 WIB hingga 23.30 WIB.

Poin utama dari street art market adalah pameran, jadi menurut Irul para kreator mampu memamerkan kreasi mereka di ruang publik, karena biasanya para kreator tersebut hanya mempromosikan karya mereka lewat media sosial. Dengan adanya street art market tersebut, kreator bisa melakukan demo pembuatan karya mereka kepada masyarakat.

“Dengan melakukan demo yang menarik juga akan menggaet konsumen atau menarik perhatian publik berekses pada industri kreatif,” terang Irul. Selain street art market, agenda Solo di Waktu Malam tersebut juga menghadirkan street art perfomance yang beragam, mulai dari musik, dance street performance, dan street magician, serta para cosplayer.

Selain itu, masyarakat bisa melihat dengan jelas kawasan khas dari Gatsu yaitu galeri mural. Irul menguraikan ada puluhan mural yang menarik dan keren dalam setiap dinding rolling door yang menjadi wahana ekspresi untuk berfoto atau menikmati mural-mural yang telah dikerjakan muralis Solo tersebut.

Saat ini, kawasan koridor Jl Gatot Subroto atau Gatsu-Ngarsopuro, Solo, kini telah bertransformasi dan diproyeksikan menjadi ikon wisata malam yang memadukan unsur seni, budaya, dan kuliner. Keindahan lukisan mural dipadukan dengan bangunan-bangunan megah di sekitarnya membuat koridor tersebut menjadi wisata urban yang menarik bagi warga. Ikon wisata malam tersebut diwujudkan melalui oleh Solo is Solo yang menggelar acara Solo di Waktu Malam setiap Sabtu.

“Solo di Waktu Malam sudah digelar kurang lebih empat bulan ini. Pertama di tanggal 31 Desember 2022 atau pas malam tahun baru, itu pas hari Sabtu juga jadi rutin digelar setiap Sabtu sejak saat ini sampai kemarin itu nonstop tidak pernah absen atau bolong yang menjadi acara setiap malam Minggu,” papar irul.

Irul menguraikan antusiasme masyarakat berkunjung ke acara tersebut menurutnya sangat luar biasa sejak kali pertama diselenggarakan. Pihaknya melakukan pengamatan dari pertama acara digelar hingga sekarang terjadi lonjakan pengunjung. Bahkan di dua sisi koridor di sebelah barat dan timur penuh orang.

Menariknya, menurut Irul adalah mayoritas pengunjung adalah anak-anak muda, yang menyukai seni dan dari segi penampilan sangat artsy, karena menjadikan suasana di sepanjang koridor Gatsu lebih hidup. Koridor ini berhasil menjadi ruang seni atau distrik seni publik yang  khas bernuansa Solo.

Irul mengatakan sejak awal membangun atau memberdayakan ruang publik koridor Gatsu menjadikan ruang publik yang lebih kreatif, kolaboratif, partisipatif, dan ruang ekspresi warga. Ia berharap semakin banyak bersinergi dengan warga sekitar, khususnya pemilik toko, pemerintah, dan kelompok seniman.

“Serta masyarakat umum untuk bersama-sama mengembangkan ruang publik koridor Gatsu menjadi ruang publik kreatif yang penuh nilai seni,” terang Irul. Irul juga berharap ada sinergi kepada Pemkot Solo, khususnya dalam pengembangan kawasan ini dalam hal infrastruktur, misalnya toilet, penerangan, dan tempat sampah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya