SOLOPOS.COM - Kepala Tata Usaha SMK Batik 2 Solo, Endwie Nur Hidayat. (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, SOLO —. Pandemi Covid-19 yang menerpa lebih dari dua tahun sejak 2019 lalu seakan seolah memaksa dunia pendidikan untuk bertransformasi dan melakukan akselerasi.

Jika biasanya pembelajaran dilakukan secara tatap muka di sekolah, hal itu menjadi sulit ketika aktivitas masyarakat di luar rumah terbatas. Hingga akhirnya muncul gagasan untuk menjalankan pembelajaran online atau daring.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Siswa tetap bisa mengikuti pelajaran di jam-jam sekolah, meski mereka berada di rumah. Guru juga bisa menyampaikan materi pembelajarannya secara online kepada siswanya dengan dukungan teknologi digital. Mulai dari aplikasi pembelajaran tertentu, video, hingga aplikasi perpesanan seperti WhatsApp dan sebagainya.

Di SMK Batik 2 Solo misalnya, metamorfosis digital telah berjalan baik di lingkungan sekolah. Kepala Tata Usaha SMK Batik 2 Solo, Endwie Nur Hidayat, mengatakan sebagai satuan pendidikan, SMK Batik 2 Solo terus meningkatkan program literasi bagi siswa.

Ketika terjadi pandemi Covid-19, semangat literasi  harus menghadapi tantangan besar. Para siswa harus menjalankan pembelajaran daring. Tentu kegiatan literasi di perpustakaan sekolah juga harus disesuaikan dengan kondisi yang ada.

“Maka kami di sekolah mebah, jika sebelumnya literasinya ke perpustakaan, kemudian beralih ke digital library,” jelas dia.

Dia menyampaikan sebelumnya pihak sekolah memang telah mengunggah sebagian besar buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah ke sebuah aplikasi. Dengan begitu persiapan peralihan secara tidak langsung sudah berjalan. Melalui perubahan tersebut, para siswa tetap bisa membaca buku tanpa harus berkumpul di perpustakaan sekolah.

“Jadi literasi tetap ditekankan, tapi polanya yang diubah. Anak-anak bisa membaca di gadget dengan dukungan kecepatan internet,” kata dia.

Hingga saat ini meski pembelajaran tatap muka sudah bisa dijalankan, pola pembelajaran online masih berjalan. Dengan begitu sekolah menerapkan pola pembelajaran hybrid atau perpaduan antara luring dan daring. Tugas pekerjaan rumah pun masih diberikan dengan sistem daring. Ada pula kegiatan webinar yang disampaikan secara daring. Untuk ujian sekolah dilakukan dengan luring. Namun untuk yang sifatnya harian dilakukan dengan pola paperless.

Endwie menjelaskan pada kurikulum merdeka belajar saat ini, pihak sekolah juga berupaya untuk memberikan kesempatan kepada para siswa untuk benar-benar merdeka dalam belajar. Namun untuk mendukungnya, kecepatan internet sangat dibutuhkan. Sebab ketika wifi lemot, tentu akan sangat mengganggu.

Era digital saat ini juga berdampak pada bagian administrasi. Pembayaran sekolah dapat dilakukan secara digital melalui transfer. Meski begitu pihak sekolah juga tetap memfasilitasi pembayaran secara manual untuk memfasilitasi pihak-pihak yang terkendala dengan pembayaran digital tersebut.

Untuk mendukung kecepatan internet tersebut pihak sekolah mempercayakan pada layanan digital IndiHome. Pihaknya pun berharap ke depan layanan IndiHome terus berkembang. Misalnya saja terkait dengan terhubungnya layanan internet tersebut dengan layanan telepon, diharapkan kualitasnya lebih terjaga.

Lebih lanjut dia menilai secara umum metamorfosis digital yang terjadi saat ini sudah cukup masif. Termasuk di wilayah Solo ini, dimana hampir semua bidang tersebut oleh layanan digital. Baik mulai urusan keseharian, urusan bisnis, pendidikan, hingga layanan di perkantoran pun kini sudah terhubung internet. Meskipun tidak menutup kemungkinan masih banyak masyarakat yang juga membutuhkan layanan manual. Untuk itu keduanya harus bersinergi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya