SOLOPOS.COM - Ilustrasi hiasan Imlek. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Salah satuperajin lampion yang cukup dikenal yakni, Prasetyo, asal Sukoharjo. Prasetyo tinggal di Perumahan Gading Permai, Dusun I, Sukoharjo.

Sebelumnya pada perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) ia mendapatkan pesanan dari Pemkot Solo sebanyak 200 buah. Ia menjadi perajin lampion selama 22 tahun, yaitu mulai tahun 2000. Awalnya Prasetyo hanya bermodalkan bahan besi sisa yang ia beli.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Bahan baku yang ia pakai untuk membuat kerangka lampion adalah dari besi, kain, dan cat sebagai pewarna.

Untuk lampion saat perayaan Nataru lalu, ia mendapatkan pesanan berupa enam lampion berbentuk rusa, sinterklas, lampion malaikat, serta pernak-pernik lampion lain.

Ia mengaku mendapatkan omzet kotor kurang lebih Rp200 juta saat Nataru lalu. Untuk harga satu lampion yang dibuat berkisar Rp30.000/buah hingga Rp50 juta/buah, hal ini bergantung pada jenis, ukuran, serta tingkat kerumitan dalam pengerjaan.

Selain menjadi langganan dari Pemkot Solo, Prasetyo mengaku juga sering mendapatkan pesanan dari Blora dan Jawa Timur.

Prasetyo mengaku sempat kewalahan memenuhi pesanan lampion untuk perayaan Tahun Baru China 2023 atau Imlek yang berpusat di kawasan Pasar Gede Solo.

Pemesanan lampion bertemakan Imlek mengalami peningkatan hampir 200% dibandingkan tahun lalu. Namun ia tidak menyebutkan berapa detail jumlah keuntungan yang didapatkan.

“Karena beberapa tahun sempat vakum karena wabah Corona,” terang Prasetyo saat dihubungi Solopos.com, pada Senin (16/1/2023).

Prasetyo mengatakan sempat kewalahan memenuhi pesanan lampion  karena momen yang hampir bersamaan antara lampion Natal dan lampion untuk Imlek.

Namun, hal itu akhirnya disiasati dengan penambahan karyawan yaitu menjadi 12 orang. Sehingga ia bersyukur pesanan bisa diselesaikan tepat waktu. Ia juga menguraikan bahwa ada tambahan pesanan untuk lampion yang ditempatkan di Taman Jogo Kali.

Untuk pesanan lampion Imlek berukuran jumbo ia mendapatkan lebih dari 30 pesanan. Prasetya menguraikan lampion buatannya tersebut dipasang di halaman Balai Kota Solo, yaitu dengan bentuk kelinci, lilin merah, dan barongsai.

Selanjutnya juga dipasang di area koridor Jl. Jenderal Sudirman, yaitu lampion dengan bentuk shio, dewa uang, serta lampion kelinci di Bundaran Gladak.

Prasetyo menguraikan lampion yang paling rumit yang ia buat adalah lampion keluarga kelinci di halaman Balai Kota, karena ada beberapa bagian yang dibuat secara terpisah agar bisa menghasilkan gerakan.

Lampion kelinci tersebut berbeda dengan yang lainnya karena menggabungkan antara lampion dengan mesin penggerak.

Prasetyo bersyukur akhirnya ada sinergi antara pembuatan rangka dan mekanis robotiknya sehingga pesanan tersebut bisa selesai dalam waktu dua pekan. “Pakai acara trial dan error segala,” terang Prasetyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya