SOLOPOS.COM - Ilustrasi ojek online. (Ilustrasi/Solopos Dok).

Solopos.com, SOLO — Sejumlah driver ojek online mengakui potongan dari aplikator terlalu besar sehingga pendapatan mereka dari orderan penumpang kian kecil.

“Orderan Gojek kecil sekali, saya pernah cek ongkos kirim dan sub total dari aplikasi Gojek customer mahal sekali, tetapi yang didapat driver tidak sesuai. Customer bilang potongan dari gojeknya banyak banget sehingga semakin ke sini semakin sepi yang order,” ujar Wahyu saat dihubungi Solopos.com, Selasa (13/6/2023).

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Wahyu mengaku saat ini dia juga tengah mencari pekerjaan yang lebih layak sejak April lalu. Sementara itu driver Grab Agung Pribadi, mengaku tarif ojol sudah standar tetapi perlu insentif yang dapat dicapai.

Sistem Grab menyediakan insentif yang bisa dicapai jika mendapatkan orderan enam penumpang setiap Senin sampai Jumat antara pukul 06.00 WIB sampai pukul 08.00 WIB dan pukul 17.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB.

Namun, sering kali para driver diberi orderan GrabFood atau GrabExpress saat tinggal dua orderan penumpang untuk mencapai target insentif. Sehingga sering kali para driver tidak mendapatkan insentif dan tidak untung.

Terpisah, pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan bisnis ojek online dan taksi online adalah bisnis yang menyalahi aturan.

Korban dari bisnis ini adalah masyarakat karena mengubah pola hidup dan meningkatkan konsumsi.

“Namun dulu langsung diminati karena exposure cukup tinggi, saat itu kan banyak yang berlomba-lomba menjadi driver taksi online karena iming-iming pendapatan Rp8 juta per bulan dan mereka sampai keluar dari pekerjaan tetap hanya demi menjadi mitra driver, bahkan harta-hartanya digadai agar mampu membeli mobil untuk pekerjaan taksi online itu, kenyataannya sekarang pendapatan sering tidak lebih dari UMR Jakarta,” papar Djoko saat dihubungi Solopos.com, Selasa.

Selain masyarakat, korban selanjutnya yakni para driver terutama driver taksi online. Djoko mengaku, para driver taksi online di Jakarta sudah menyadari pendapatan sebelum dan sesudah menjadi mitra driver sangat kontras.

Kondisi lebih parah terjadi saat potongan biaya jasa aplikasi sebesar 20%. Kini Kementerian Perhubungan telah menurunkan menjadi 15%, tetapi pendapatan driver masih pas-pasan.

Djoko juga mengatakan dia telah mengusulkan membuat aplikasi taksi online sendiri ke pemerintah. Namun usulannya ditolak dengan alasan Presiden Joko Widodo sudah mendatangkan investor untuk perusahaan aplikator ojek online, sehingga ditakutkan mubadzir.

“Menurut saya tidak ada harapan lagi di bisnis taksi online. Saya hanya berharap para driver segera mendapatkan pekerjaan yang lebih layak,” tutup Djoko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya