SOLOPOS.COM - Ilustrasi uang rupiah. (Freepik.com).

Solopos.com, SOLO — Penukaran uang asing di Soloraya perlahan mulai meningkat pascapandemi. Banyaknya warga Soloraya yang berwisata ke luar negeri menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Mayoritas, mereka yang menukar uang asing adalah warga yang akan melakukan perjalanan ibadah umrah dan haji. Disusul beberapa dari mereka yang menukar uang untuk perjalanan ke negara Asean.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Sedangkan mata uang lain seperti dolar Amerika atau poundsterling masih belum banyak transaksi.

Salah satu penyedia penukaran uang asing tersebut adalah Zainuddin. Ia menyediakan jasa penukaran valas di Boyolali.

Zainuddin mengatakan saat ini penukaran uang paling besar adalah dari rupiah ke rial Arab Saudi, transaksi yang dilakukan bisa mencapai Rp80 juta satu hari.

“Kemarin Sabtu, ada yang menukar uangnya Rp80 juta jadi dapatnya sekitar 19.000 riyal Arab Saudi untuk persiapan perjalanan haji, mereka berangkat tahun ini. Memang sejauh ini yang paling banyak itu menukar ke rial untuk umrah dan haji yang kedua ada Yen Jepang, kalau yang lain-lain seperti dolar Singapura atau euro masih belum banyak,” jelasnya.

Zainuddin menjelaskan, saat ini, transaksi mata uang asing sudah mulai bangkit pascapandemi. Hal ini tidak lepas dari banyaknya warga Soloraya yang mulai melakukan perjalanan ke luar negeri, baik untuk liburan, beribadah atau bekerja.

“Dibanding pandemi memang udah lebih baik, jauh malah, naiknya sekitar 60 persen sekarang, meskipun memang dibanding sebelum pandemi masih kurang. Karena masyarakat banyak yang mulai liburan, berangkat ibadah umrah sama bekerja. Kalau tahun ini, trennya banyak yang kerja ke luar negeri, ke Jepang, ke Korea Selatan atau ke Arab Saudi,” jelasnya.

Sedangkan untuk penukaran mata uang negara-negara Asean juga sudah mulai banyak peminatnya.

“Kalau Negara Asean sudah ada tapi enggak sebanyak Rial Arab Sudi atau Yen Jepang. Paling kalau Asean rata-rata ambilnya dolar Singapura atau ringgit Malaysia, sisanya enggak begitu ramai, seperti bath Thailand masih belum ada sejauh ini,” jelas Zainuddin yang juga punya penukaran uang asing di Salatiga dan Ungaran ini.

Pemilik jasa keuangan yang melayani penukaran uang di Solo, Maesaroh, mengatakan penukaran uang saat ini memang sudah ramai. Meskipun, baginya hanya ada beberapa mata uang yang paling sering ditukarkan.

“Sekarang sudah lumayan karena banyak perjalanan ke luar negeri, paling banyak memang Riyal Arab Saudi, Yen Jepang sama ringgit Malaysia. Dibandingkan pandemi sudah jauh lebih baik,” jelasnya.

Sedangkan untuk dolar Amerika Serikat, Maesaroh menyebut saat ini jarang yang menukarkan atau membeli dolar.

Penyebabnya tidak lepas dari ancaman resesi, sehingga mereka yang biasanya membeli dolar kini lebih memilih untuk berinvestasi ke produk finansial yang lebih stabil.

“Kalau Dolar sekarang sedang jarang yang beli, karena kualitas uangnya juga enggak begitu bagus yang masuk rata-rata sudah lecek sehingga menjualnya susah. Sama ini ada ancaman resesi, jadi orang mau membeli uang asing agak berpikir justru bisa berpotensi rugi karena dolar Amerika Serikat juga masih tinggi,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya