SOLOPOS.COM - Plt. Direktur Utama dan Direktur Operasional Perum Jasa Tirta (PJT) 1, Milfan Rantawi, dalam webinar Manajemen Air Terpadu untuk Kehidupan yang digelar Solopos Media Group (SMG) dan didukung oleh Aqua, Senin (20/3/2023).(Tangkapan Layar Youtube)

Solopos.com, SOLO — Sudah tidak diragukan lagi, sejak berabad-abad lalu, sungai menjadi pusat kehidupan manusia. Sebab air merupakan kebutuhan dasar manusia yang keberadaannya sangat diperlukan oleh manusia.

Namun dalam pemanfaatan air tersebut, tetap dibutuhkan manajemen yang tepat agar air benar-benar bermanfaat untuk masyarakat.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Terkait perlunya manajemen air tersebut disampaikan Plt. Direktur Utama dan Direktur Operasional Perum Jasa Tirta (PJT) 1, Milfan Rantawi, dalam webinar Manajemen Air Terpadu untuk Kehidupan yang digelar Solopos Media Group (SMG) dan didukung oleh Aqua, yang disiarkan di Youtube Espos Live, Senin (20/3/2023).

Menurutnya selain sebagai sumber kehidupan, air juga berfungsi sebagai pilar ketahanan. Baik ketahanan pangan, ketahanan energi, ketahanan air itu sendiri dan pengendalian banjir.

Dia menjelaskan secara umum karakter dari air hujan jumlahnya relatif sama meskipun ada kala ulang 5 tahun, 10 tahun, atau 15 tahun dan sebagainya. Namun untuk air hujan yang turun ke bumi di daratan, sebagian mengalir dari hulu sampai hilir lewat sungai dan ada sebagaian besar lagi masuk ke dalam tanah.

“Di bagian atas, dia [air] akan menjadi mata air yang tidak tertekan. Kemudian di bagian bawahnya, dia akan menjadi air tanah dalam, yang pada satu titik tertentu dia akan keluar menjadi mata air yang bertekanan,” kata dia.

Dia menjelaskan air-air tersebut pada masa berabad-abad lalu, karena jumlah manusia dan lingkungan masih seimbang, kondisinya tidak serumit sekarang. Dia menyebutkan kondisi saat ini, di Jawa saja 98,92% pemanfaatan air dari 100% ketersediaan air, dan itu pun dengan letak geografis yang terpencar. Dengan begitu ada daerah-daerah yang mengalami kritis air.

“Untuk itu maka fungsi dari manajemen air dimulai dari bagaimana mengelola air yang turun ke bumi, bisa dimanfaatkan dari hulu ke hilir, tidak disia-siakan, atau lantas tiba-tiba sampai di laut tidak bermanfaat untuk masyarakat,” lanjut dia.

Untuk itu negara pun mengatur secara khusus tentang air dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dimana bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari pasal tersebut, dengan PP No. 46/2010, pemerintah memberikan penugasan sebagian pengelolaan sumber daya air ke PJT 1. Tujuannya agar PJT 1 dapat mengelola dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat.

Disebutkan, konsep dasar pengelolaan sumber daya air atau SDA berkelanjutan yang dilakukan oleh PJT 1, mengacu pada konsep one river one plan and one management.

Pengembangan SPAM

Pengelolaan SDA berkelanjutan mulai dari bagian hulu hingga bagian hilir. Dimana pada bagian hulu dilakukan pembangunan bendungan dan waduk untuk menyimpan air, mengendalikan debit banjir dan membangkitkan listrik.

“Karena kami sadar, pemerintah saat itu yakin benar, kalau tidak dibuat bendungan, air yang jatuh di satuan wilayah sungai itu, tidak dapat dioptimalkan dengan baik. Jadi dibuatlah bandungan, seperti di Wonogiri,” kata dia.

Bendungan yang dibangun, selain untuk menampung air dan memanfaatkannya saat kemarau terjadi, juga dapat dimanfaatkan sebagai pengendali banjir.

Kemudian di bagian tengah, juga ada pembangunan bendung dan pintu air (intake) untuk mengalokasikan air baku bagi irigasi dan pengguna air.

Selanjutnya di bagian hilir, dibangun sistem drainase, pintu air dan bendung karet untuk menahan intrusi air laut.

Maksud dan tujuan PJT 1, adalah untuk pengusahaan SDA dan pengelolaan SDA. Tugas dan tanggung jawabnya adalah melakukan kegiatan operasional preventif pengusahaan jasa air dan penyelenggaraan pengembangan SPAM.

Menurutnya, dalam hal ini belakangan muncul masalah. Pada saat bendungan-bendungan, sungai-sungai itu dilakukan desain awal, maka asumsi yang dibangun, semakin hari semakin kompleks.

“Misalnya saat dirancang 1976 atau 1981, maka dibentuklah sungai itu ada namanya bantaran sungai, sempadan sungai, kawasan-kawasan penangkapan air dan semua desain itu didasarkan pada kala ulang banjir rencana,” jelasa dia.

Semua dirancang, bahwa suatu bendungan mampu dengan asumsi menampung sekian juta kubik air dengan asumsi sepadan sungai itu adalah sekian meter dari tubuh sungai. Namun yang terjadi, sempadan dan bantaran ada yang sudah dipenuhi kehidupan akibat dari ketidakseimbangan ketersediaan air dan kebutuhan air akibat dari pertumbuhan penduduk yang tiak bisa dihindari. Hal itu pun dapat mengganggu ekosistem di sungai.

Dia memberikan gambaran pada sebuah jalan raya yang juga memiliki sempadan jalan, serta adanya aturan-aturan di atasnya. Kemudian yang terjadi, di jalan raya juga ada kala ulang tahunan, yakni saat Lebaran. Dimana sering muncul masalah misalnya sering muncul pasar kaget dan sebagainya yang akan mengganggu traffic lalu lintas.

Demikian juga di sungai yang akan mengalami gangguan traffic dari hulu ke hilir. “Jadi sangat wajar jika kita tidak menjalankan asumsi-asumsi itu dengan baik akan terjadi yang namanya genangan,” kata dia.

Lebih lanjut dia mengatakan saat ini PJT 1 menangani lima wilayah sungai dan 10 bendungan besar. Secara tahunan, dari pengelolaan tersebut telah tercapai penyediaan air baku untuk pembangkit energi sekitar 7000 GWh/tahun, air baku untuk domestik sebesar 528,67 juta M3/tahun, air baku untuk industri sekitar 519,76 juta m3/ tahun dan air baku untuk irigasi sekitar 126.193 Ha/ tahun.

Untuk memenuhi hal itu, PJT 1 menjalankan lima pilar pegelolaan sumber daya air, di antaranya adalah konservasi SDA, pengendalian daya rusak air, pendayagunaan SDA, peran masyarakat dan dunia usaha, serta sistem informasi dan manajemen SDA.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya