SOLOPOS.COM - Kontainer pengangkut produk ITPT milik PT Sritex melintas usai kegiatan lepas ekspor oleh Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan di kantor pusat PT Sritex, Sukoharjo, Kamis (15/9/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri).

Solopos.com, SOLO — Direktur Utama (Dirut) PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Iwan Setiawan Lukminto, mengatakan hambatan pembayaran di negara-negara yang tidak punya mata uang dolar merupakan salah satu tantangan ekspor industri tekstil Indonesia.

Hal itu Iwan sampaikan kepada Presiden Direktur Solopos Media Group, Arif Budisusilo, dalam program Beyond the Limits yang tayang di kanal YouTube  Espos Indonesia, Sabtu (11/3/2023).

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Iwan mengatakan diplomasi dagang diperlukan untuk mengatur kelancaran ekspor ke negara-negara tersebut.

“Mesir contohnya, di sana [Mesir] dolar sama sekali tidak boleh keluar, sehingga pembayaran itu perlu diatur oleh stakeholder yang berkaitan antara lain BI, OJK, dan perbankan,” papar Iwan, Sabtu (11/3/2023).

Dia menambahkan, tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia membuat raw material seperti bahan katun, wool, nylon, dan sebagainya yang diekspor ke luar negeri.

Namun, penjualan raw material itu di negara-negara seperti Mesir, Turki, dan India masih bersaing dengan pasar lokal.

Kondisi itu yang disebutnya sebagai pengganggu ekspor TPT. Iwan mengatakan perlu harmonisasi dari enam komponen agar hasilnya bisa lebih optimal lagi.

Enam komponen yang dimaksud antara lain raw material, market, commercial, energy & technology, lingkungan hidup, serta sumber daya manusia (SDM).

Menurutnya, harmonisasi antara keenam komponen bisa didukung dengan regulasi yang memadai dari pemerintah. “Regulasi akan terasa saat krisis terjadi, saat pasar mulai kacau,” papar Iwan.

Regulasi itu menurutnya juga bermanfaat untuk terus menumbuhkan sektor industri tekstil sehingga akan muncul pengusaha baru yang terus melanjutkan berkembangnya pasar tekstil.

Kepala Bidang Pengembangan Ekspor dan Pemasaran Produk Dalam Negeri, Endang K Maharani, mengatakan TPT, batik, kantong plastik, dan furniture masih mendominasi ekspor di Solo dengan negara tujuan Amerika Serikat, Eropa, dan China.

Harapan Endang ekspor Solo akan terus bertumbuh.

“Cuma kalau lihat data y-o-y [year-on-year] Januari 2022 dengan Januari 2023 masih tinggi periode Januari 2023,” ujar Endang kepada awak media dalam acara Forum Konsultasi Publik Dinas Perdagangan Kota Solo di Manganti Praja Balai Kota Solo, Senin (13/3/2023).

Acara tersebut juga menyosialisasikan skema penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA) yang dapat dipakai eksportir Solo untuk mengurangi bea ekspor karena mencantumkan keterangan jika produksi dilaksanakan di Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya