SOLOPOS.COM - Pengunjung Solo Paragon Mall memanfaatkan layanan pemeriksaan mata gratis di stan Rumah Sakit Mata Solo pada acara Solo Wellness Tourism Healing Expo Central Java Region, Sabtu (9/9/2023).(Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, SOLO — Rumah Sakit (RS) Mata Solo menjadi salah satu peserta Solo Wellness Tourism Healing Expo Central Java Region di Solo Paragon Mall yang digelar 8-10 September 2023.

Pada acara tersebut RS Mata Solo memberikan layanan pemeriksaan mata gratis kepada para pengunjung mal.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Berdasarkan pantauan Solopos.com pada Sabtu (9/9/2023) malam, stan RS Mata Solo di acara tersebut ramai dikunjungi masyarakat. Mereka mengantre untuk mendapatkan layanan pemeriksaan mata gratis yang digelar selama acara berlangsung.

Kepala Unit Pemasaran RS Mata Solo, Drs. Moh. Syafril Nusyirwan, MM., menyampaikan dalam pameran tersebut RS Mata Solo menyiapkan beberapa alat di antaranya ada Non Contact Tonometry (NCT) yakni alat yang bisa mendeteksi tekanan bola mata, autorefraktor untuk melihat ada tidaknya kelainan refraksi mata (mata minus, plus, silinder) dan ada juga trial lens. Selain itu juga disiapkan slit lamp untuk melihat struktur mata atau memeriksa kondisi mata secara lebih jelas.

“Selama tiga hari di acara ini kami gelar secara gratis. Alhamdulillah antusias masyarakat juga tinggi,” kata dia saat ditemui, Sabtu. Bahkan dalam sehari, stan RS Mata Solo dapat melayani 225 pengunjung yang ingin periksa gratis pada Jumat (8/9/2023). Kemudian pada Sabtu, sudah lebih dari 250 pengunjung yang dilayani.

Selain pemeriksaan gratis, dalam acara itu RS Mata Solo juga memberikan edukasi kepada masyarakat melalui talkshow. Pada Sabtu malam, telah digelar talkshow dengan tema Glaucoma Si Pencuri Penglihatan, yang disampaikan oleh Dokter Spesialis Mata Subspesialis Glaukoma Rumah Sakit Mata Solo, dr. Amania Fairuzia, Sp.M.

Dia menjelaskan secara umum mengenai glaukoma, yakni adanya kerusakan pada syaraf mata dengan peningkatan tekanan bola mata sebagai salah satu faktor risikonya. Menurutnya wawasan mengenai glaukoma sangat penting untuk dimiliki masyarakat sebab glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua di dunia.

“Penyebab pertama masih dipegang katarak, kemudian glaukoma ini yang kedua. Dimana 50% pasien glaukoma ini tidak mengetahui mereka mengidap glaukoma,” kata dia.

Satu-satunya cara untuk mencegah hilangnya penglihatan permanen adalah dengan deteksi dini. Dia juga menekankan walaupun glaukoma merupakan penyakit yang menahun, kronis dan tidak bisa sembuh, tapi dengan tata laksana yang tepat itu bisa mencegah hilangnya penglihatan.

Beberapa faktor risiko dari glaukoma di antaranya adalah usia lebih dari 40 tahun, kemudian ada riwayat keluarga. Faktor risiko lain adalah pasien dengan mata minus (miopia) yang tinggi atau mata plus (hipermetropia) yang tinggi. Penggunaan steroid jangka panjang juga bisa menjadi faktor risiko. Serta adanya riwayat trauma pada mata.

“Hal yang paling sering terjadi [untuk trauma mata] adalah orang bermain badminton kemudian mata terkena kok, atau kejatuhan sesuatu, terpukul dan sebagainya,” kata dia.

Pemeriksaan deteksi glaukoma dapat dilakukan dengan pengukuran tekanan bola mata dan pemeriksaan lapang pandang dan pemeriksaan lapisan syaraf mata (OCT).

Untuk tata laksana glaukoma, yang pertama adalah medika mentosa dan laser. Medika mentosa bisa dengan tetes mata atau pengobatan konservatif. Untuk tindakan laser, tergantung dari tipe glaukoma.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya