SOLOPOS.COM - Pengunjung melihat-melihat koleksi barang di Pasar Triwindu, Kota Solo, pada Minggu (30/4/2023). Pasar Triwindu dikenal sebagai pusat jual beli barang antik di Kota Bengawan. (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Kenaikan jumlah pengunjung di Pasar Triwindu Solo mencapai lebih dari 100 persen saat momen Lebaran. Namun, selama ini hanya 50% yang melakukan transaksi. Sisanya, pengunjung hanya berwisata jalan-jalan.

Ketua Paguyuban Pasar Triwindu, Yuliana Kusumaningtyas, menjelaskan kenaikan pengunjung mulai terjadi sesuai pedagang Pasar Triwindu tutup pada Sabtu-Minggu (22-23/4/2023) hingga saat ini.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

“[Ramai] Mulai Senin [24/4/2023], setelah kami libur dua hari Lebaran,” ujar Yuliana saat dihubungi Solopos.com pada Minggu (30/4/2023).

Yuliana menjelaskan walaupun kenaikan pengunjung di Pasar Triwindu lebih dari 100 persen, kebanyakan orang yang berkunjung di Pasar Triwindu hanya untuk jalan-jalan atau berfoto. “Kalau untuk transaski hanya ada [kenaikan] sekitar 55% saja,” papar Yuliana.

Berdasarkan pantauan Solopos.com di Pasar Triwindu, Minggu (30/4/2023), event Solo Art Market tengah digelar dengan dimeriahkan puluhan peserta.

Sementara itu di dalam Pasar Triwindu tampak beberapa pengunjung yang sedang melihat-lihat koleksi barang antik, barang reproduksi, dan kebaya.

Dikutip dari laman Pura Mangkunegaran, sejarah Pasar Triwindu Solo tidak bisa dilepaskan dari cerita sejarah dari Pura Mangkunegaran.

Pasar Triwindu Solo saat ini menjadi surga bagi para penggemar barang-barang antik. Aneka barang lawas tersaji di pasar yang menjadi salah satu ikon wisata Kota Solo ini.

Pasar Triwindu awalnya berupa pasar malam yang selenggarakan pada masa pemerintahan Mangkunegoro VII.

Pasar malam ini dibangun pada 1939 sebagai hadiah ulang tahun dari Gusti Noeroel Kamaril kepada ayahnya, Mangkunagoro VII yang juga bertepatan dengan tiga windu kenaikan tahtanya.

Dinamakan Triwindu karena berasal dari dua gabungan kata yaitu tri dan windu. Tri dalam bahasa Jawa berarti tiga, dan windu berarti delapan tahun. Setelah digabungkan maka triwindu memiliki arti 24 tahun.

Saat peringatan tiga windu kenaikan tahta Mangkunagoro VII (1916-1944) diselenggarakan pasar malam di kawasan depan Pura Mangkunegaran yang bertujuan memberikan hiburan kepada rakyat.

Barang antik mulai menghiasi lorong Pasar Triwindu Solo sejak 1970. Kala itu, para pedagang hanya menjajakan lampu gantung, peralatan makan dari perak, keramik dari China, dan lain sebagainya.

Selang 20 tahun, para pedagang mulai berinovasi untuk membuat produk baru bermotif antik. Akhirnya, eksistensi barang antik di Pasar Triwindu bertahan hingga saat ini.

Pasar Klewer

Pasar melegenda yang juga ramai dikunjungi saat Lebaran yakni Pasar Klewer. Salah satu pengunjung di Pasar Klewer, Sariyati, Minggu, menjelaskan saat Lebaran banyak pemudik yang datang ke Pasar Klewer.

Puncak keramaian terjadi seusai Lebaran hari kedua. Setelah sebelumnya, pusat perdagangan tekstil di Kota Bengawan ini sempat tutup pada Sabtu-Minggu (22-23/4/2023).

Sementara, saat ini keramaian pengunjung mulai berkurang.

Humas Himpunan Pedagang Pasar Klewer, Yuni Wulandari, Minggu, menguraikan sebagai pusat pedagangan tekstil di Kota Bengawan, Pasar Klewer dikenal sebagai tujuan wisatawan untuk berbelanja.

Banyaknya acara besar di Kota Solo juga menjadi salah satu pendongkrak pendapatan para pedagang di Pasar Klewer.  Momentum libur Lebaran membawa keberkahan bagi pedagang di Pasar Klewer.

Pada hari-hari biasa pedagang Pasar Klewer bisa memperoleh omzet paling banyak Rp500.000 per hari. Sementara saatdi momen Lebaran, omzet pedagang di Pasar Klewer bisa mengalami kenaikan minimal dua kali lipat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya