SOLOPOS.COM - Bersepeda cocok untuk bakar kalori setelah Lebaran (ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, SOLO — Pergeseran perilaku masyarakat pascapandemi yang menitikberatkan pada health, hygiene, safety, dan security membuka peluang pengembangan bisnis konsep wellness tourism atau wisata kebugaran di Solo.

Konsep wellness tourism dikembangkan lantaran Kota Solo memiliki beragam potensi dan kekayaan aset wisata kebugaran berbasis kearifan lokal.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Pemerintah memprioritaskan pengembangan konsep wellness tourism di tiga kota yang memiliki aset dan potensi yang memadai. Ketiga kota itu yakni, Solo, Jogja, dan Bali. Hal ini merupakan peluang untuk menarik wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia.

Di Kota Solo, konsep wellness tourism mulai dikembangkan sejak tahun lalu. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menunjuk Kota Solo sebagai tuan rumah pelaksanaan Internasional Wellness Tourism Conference and Festival (IWTCF) pada pertengahan Agustus 2022.

“Sebenarnya tidak hanya wellness tourism melainkan sport tourism. Kota Solo memiliki segalanya baik potensi maupun aset wellness tourism yang dikolaborasikan dengan sport tourism,” kata pejabat Humas Perhimpunan Hotel Indonesia (PHRI) Solo, Sistho  A. Sreshtho, saat diwawancarai Solopos.com, Sabtu (11/2/2023).

Menurut Sistho, terjadi pergeseran karakter wisatawan pascapandemi di Tanah Air. Kini, para pelancong cenderung memilih destinasi wisata berkonsep alam terbuka yang dianggap lebih safety bagi keluarga. Mereka juga membidik wisata-wisata yang erat hubungannya dengan kesehatan serta seni budaya.

Kota Solo memiliki beragam potensi tersebut yang membuka peluang pengembangan wellness tourism secara berkelanjutan.

“Kota Solo memiliki banyak atraksi. Baru saja Solo Safari dibuka untuk masyarakat umum. Kemudian, ada wisata heritage seperti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Mangkunegaran. Kampung jamu di Nguter, Sukoharjo menawarkan wisata dari sisi wellness,” ujar dia.

Begirtu pula dengan sport tourism di Kota Solo yang memiliki fasilitas serta infrastruktur pendukung yang mumpuni. Fasilitas itu seperti Stadion Manahan yang menjadi pusat olahraga dan kebugaran publik. Di sekitar kawasan Stadion Manahan banyak fasilitas penunjang kebugaran fisik lainnya.

“Hotel-hotel di Kota Solo komitmen untuk menerapkan standar cleanliness, health, safety dan environment sustainability [CHSE],” ujar dia.

Namun demikian, Sistho menyampaikan pengembangan konsep wellness tourism yang dikolaborasikan dengan sport tourism butuh peran dan partisipasi daerah lain di Soloraya. Terutama daerah yang memiliki potensi penunjang pengembangan wellness tourism seperti Kabupaten Karanganyar  dan Kabupaten Boyolali.

Sehingga, lanjut dia, wisatawan mancanegara bakal tertarik mengunjungi Solo dengan beragam fasilitas dan infrastruktur pendukung wellness tourism dan sport tourism.

“Ini akan menjadi unique selling bagi para wisatawan asing. Mereka bakal tertarik mengunjungi Solo yang menawarkan wellness tourism berbasis kearifan lokal,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya