Bisnis
Jumat, 19 Januari 2024 - 20:06 WIB

Pengembang Soloraya Sambut Baik Wacana Skema KPR 35 Tahun

Galih Aprilia Wibowo  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi perumahan. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Sekretaris Himpunan Pengembang Permukiman dan Perumahan Rakyat (Himperra) Jawa Tengah (Jateng), Eko Rahardjo menilai rencana KPR tenor 35 tahun cukup membantu kalangan Gen Z karena angsuran yang terjangkau.

Bahkan menurut dia, kebijakan ini berpotensi mengurangi backlog perumahan yang cukup tinggi di Tanah Air.

Advertisement

Namun yang menjadi catatan adalah sosialisasi dari bank penyedia KPR yang harus lebih optimal sehingga anak muda mengetahui dan mengambil program tersebut. “Otomatis angsuran jadi lebih ringan, sehingga gajinya bisa mengaver,” ujar Eko.

Hal senada diungkapkan Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Soloraya, Samari.

Advertisement

Hal senada diungkapkan Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Soloraya, Samari.

Samari menyebut pemerintah dan perbankan untuk menyukseskan rencana kebijakan tersebut. Pihaknya mendukung kebijakan yang bisa memenuhi kebutuhan hunian di masyarakat.

Apalagi dengan target pasar anak muda karena bonus demografi saat ini berada di kalangan usia produktif dan anak muda.

Advertisement

Komentar Milenial

Salah satu pekerja Solo yang ingin punya rumah sejak akhir 2023 lalu, Ayu Lestari, 27, menilai rencana tenor KPR hingga 35 tahun bukan menjadi pilihan alternatif untuk memiliki hunian.

Walaupun hal ini mendukung anak muda memiliki hunian karena cicilan yang relatif sedikit tapi jangka waktu yang lama menurutnya yang menjadi masalah.

“Yang rumah subsidi 15 tahun saja mikir-mikir. Hidup enggak tenang, seumur hidup tanggungan nyicil rumah,” terang Ayu.

Advertisement

Tenor panjang juga tidak diminati oleh Harsetya Putra,30, yang mengambil KPR mulai 2022 lalu.

Dia memilih tenor 15 tahun dengan cicilan Rp2,7 juta per bulan dengan DP awal sebesar Rp50 juta. Dia mengaku awalnya ingin mengambil tenor 5 tahun dengan cicilan Rp10 juta per bulan.

Namun menurut dia cicilannya terlalu besar ketika diperhitungkan dengan gaji yang dia terima.

Advertisement

Hal berbeda diungkapkan Maulida, 23. Pekerja di Solo ini mengaku tertarik memiliki rumah. Dengan jangka waktu relatif lama menurut dia bisa disiasati bekerja hingga usia senja.

“Sebagai Gen Z aku pengin punya rumah. Terkait kebijakan ini, aku tertarik dengan cicilan yang makin kecil dengan gaji UMK. Tetapi di satu sisi, aku harus mempertimbangan di usia ke depan yang masih harus bekerja. Karena tanggungan utang akan semakin lama,” ujarnya.

Dia mengaku berencana mengambil KPR di usia 28-30 tahun. Jika diasumsikan dengan tenor 35 tahun maka dia akan bebas utang ketika berumur di atas 60 tahun.

Hal yang perlu menurut dia perlu dipertimbangkan adalah usia produkif ia bekerja. Ketika memasuki usia pensiun dan masih memiliki cicilan, ia masih belum memperhitungkan alokasi untuk menutup cicilan tersebut.

Pemimpin Divisi KPR & KKB Bank BJB, Triastoto Hardjanto Wibowo memiliki produk BJB KPR Gaul yang memang menyasar kalangan anak muda dengan jangka waktu KPR maksimal 25 tahun.

Ihwal rencana pemberlakukan KPR dengan tenor 35 tahun menurut dia dapat membantu calon debitur kalangan anak muda untuk memiliki rumah dengan cicilan yang terjangkau.

“Hal tersebut dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi backlog perumahan. Pemberlakuan kebijakan tersebut tergantung kepada kebijakan bank masing-masing terutama dari sisi sumber dana bank tersebut,” papar dia saat dihubungi Solopos.com, Jumat.

Skema bunga berjenjang pada KPR tenor 35 tahun menurut dia menjadi salah satu alternatif untuk mempermudah dan meringankan beban cicilan masyarakat yang ingin memiliki rumah.

Pengenaan suku bunga berjenjang dapat disesuaikan dengan kebijakan bank dan tentunya berdasarkan suku bunga yang dikeluarkan oleh pihak regulator.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif