SOLOPOS.COM - Ilustrasi beli properti. (Istimewa/Freepik)

Solopos.com, SOLO — Pengamat ekonomi dan properti Universitas Sebelas Maret (UNS), Ariyanto Adhi Nugroho, menyebut preferensi anak muda terutama Generasi Zenial (Gen Z) dalam memilih rumah idaman cenderung idealis.

Menurut Ariyanto generasi tersebut sudah mulai merencanakan kehidupan dan kebutuhan yang nanti menjadi parameter pencapaian hidup. Namun, lanjutnya, ada hal yang menarik terkait dengan perbedaan preferensi masyarakat terutama Gen Z. Ariyanto berpandangan perilaku hedonism tentunya memberikan pengaruh terhadap individu untuk memenuhi kebutuhannya.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Ariyanto menjelaskan ketika ada anak muda memilih rumah incaran pasti ingin memiliki lokasi yang strategis, seperti pusat kota dan dekat dengan pusat perbelanjaan. Namun, menurutnya, tren kenaikan harga rumah yang lebih tinggi membuat harga rumah di daerah premium relatif lebih mahal.

Berbeda dengan generasi sebelum Gen Z, preferensi mereka terhadap hunian idaman adalah rumah nyaman dengan luas yang cukup. Serta lokasinya berada di pinggiran kota dengan harga relatif jauh lebih rendah.

“Keinginan membeli rumah tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di usia matang yang sudah berkeluarga, tetapi juga oleh generasi muda terlebih Generasi Z,” terang Ariyanto saat berbincang dengan Solopos.com, pada Kamis (24/8/2023).

Ia menjelaskan rumah menjadi salah satu kebutuhan primer manusia. Untuk pemenuhannya kebutuhan tersebut mer membeli rumah atau menyewa rumah. Hal tersebut menjadi preferensi masing-masing individu atau keluarga terlepas dari budget constraint yang ada.

Ia menjelaskan fenomena dewasa ini, rumah adalah salah satu instrument invetasi property selain property komersial. Ini karena tren kenaikan yang signifikan di beberapa daerah terutama dengan perkembangan pembangunan daerah yang baik. Selain itu, sektor perumahan juga menjadi salah satu instrumen kebijakan makro pemerintah dengan kebijakan loan to value (LTV) mengingat mayoritas masyarakat Indonesia membeli rumah melalui kredit.

Ia menilai pemerintah tidak kurang dalam melakukan pengurangan backlog atau angka kebutuhan rumah di masyarakat, melalui program sejuta rumah. Terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan program relaksasi kredit melalui kebijakan LTV. Namun, menurut dia, DP 0% sebenernya kurang baik sementara ini mengingat pasar properti belum begitu stabil sehingga bisa menngarah ke risiko kredit.

Program tersebut sasarannya untuk masyarakat yang belum punya rumah sebelumnya. Namun, di beberapa daerah program sejuta rumah tersebut mempunyai keterbatasan lokasi yang kurang strategis sehingga daya tarik masyarakat relatif rendah. “Hal tersebut yang kemungkinan besar membelenggu masyarakat yang mau merencanakan pembelian rumah di usia muda,” tambah dia.

Selain itu, tingkat pendapatan jika belum berkeluarga menjadi batasan dalam menghitung plafon kredit yang lebih rendah daripada keluarga yang biasa dihitung secara gabungan. Namun tentunya keinginan masyarakat generasi muda yang sudah menyiapkan kebutuhannya tersebut perlu diapreasiasi dengan program salah satunya relaksasi kredit, sesuai dengan kriteria kemampuan.

Kebijakan terebut bisa dengan bunga subsidi atau DP yang relatif kecil. Selain itu, gererasi muda perlu juga berpikir mengenai perencanaan jangka panjang. Misalnya, dengan keterbatasan anggaran, maka dapat dipilih konsep rumah tumbuh.

Konsep tersebut misalnya mencicil beli rumah kecil dengan tapak tanah yang cukup untuk pengembangan bangunan ke depan. Jika itu dilakukan tentunya tidak dimungkiri lagi, anak-anak muda bisa merencanakan hidup dengan membeli rumah di usia muda.

Akan tetapi, lanjut Ariyanto, semua kembali ke budget constraint masing-masing. Artinya, kebutuhan primer tidak hanya rumah, sehingga ketika dipaksakan menjadi trade off kebutuhan lain.

Apartemen menjadi pilihan instan untuk memenuhi hunian dengan preferensi Gen Z, karena pasti berada di lokasi premium dengan harga yang lebih murah daripada rumah tapak. Perumahan di lokasi pinggiran menjadj alternatif yang realistis dengan anggaran yang terbatas. Selain solusi tersebut, tentunya memperlebar batasan anggaran masing-masing agar bisa menjangkau rumah sesuai dengan keinginan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya