SOLOPOS.COM - Ilustrasi live jualan di TikTok. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO – Pengamat Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS), Bhimo Rizky Samudro, menilai adanya warga yang semakin boros karena fitur live di e-commerce adalah hal yang wajar. Menurutnya, pedagang akan terus berinovasi agar dagangannya laku.

Menurut Bhimo, seharusnya masyarakat bisa menekan hasrat untuk membeli barang apabila memang tidak diperlukan. “Dari sisi yang pertama boros dan tidaknya ini kembali ke individunya, sementara dari pola promosinya, pakai cara apapun itu, konservatif atau online itu sangat tergantung kepada pedagangnya. Untuk boros atau tidaknya itu harus ditekan dari individunya sendiri,” ujarnya kepada Solopos.som, Jumat (22/92/2023).

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Ia melanjutkan, sisi boros manusia dikarenakan keinginan yang selalu bertambah. Menurutnya, yang berbeda saat ini adalah cara atau pola konsumsi yang dilakukan. “Sebenarnya, pada dasarnya manusia ini tidak puas dan selalu ingin lebih. Saya melihatnya, katakanlah menggunakan cara online itu tergantung pola konsumsi pada personalnya,” ulasnya.

Bhimo mengatakan, dari sisi pedagang, adanya pendekatan dengan inovasi yang baru berupa penjualan secara langsung akan mengubah bentuk suplai dari produsen. “Kalau bicara masalah promosi, perilaku produsen di sisi suplai akan berbeda, tentu tujuannya kan produknya laku. Nantinya tentu produsen akan melakukan penyesuaian agar penjualan mereka tetap bagus dan terus berkembang,” ulasnya.

Saat ini program dari e-commerce yang mengadakan live streaming dan Tiktok Live, membuat warga Solo menjadi boros. Mereka menyebut, bisa menghabiskan ratusan ribu untuk membeli barang yang akhirnya tidak terpakai.

Alasan beberapa warga Solo tertarik membeli barang tersebut beragam, mulai karena murah, tergiur bentuk yang unik hingga bebas ongkos kirim. Alasan barang yang dibeli tersebut akhirnya tidak terpakai karena kualitas yang buruk atau ukuran yang tidak pas.

Salah satunya adalah warga Kadipiro, Banjarsari, Ronggo Purnomo, 21, yang membeli jam tangan dan celana panjang dengan total harga mencapai Rp850.000. Ia menyebut dirinya kalap berbelanja setelah melihat konten live di ecommerce.

“Sebenarnya justru enggak butuh celana atau jam tangan itu. Pas ada notifikasi dari Shopee, saya lihat dan tertarik konten live nya seperti apa dan talent nya siapa. Malah akhirnya beli celana sama jam tangan pekan lalu, padahal ketika saya pakai, celananya enggak cukup ukurannya dan jam tangannya sama sekali enggak cocok buat saya,” ujarnya saat ditemui Solopos.com, Jumat (22/9/2023).

Ia juga mengeluhkan, kualitas barang yang dibelinya tidak sesuai dengan deskripsi atau foto yang ditampilkan. Ronggo mengatakan, saat ingin menukarkan celanannya yang salah ukuran juga prosesnya tidak mudah. Ia akhirnya memilih untuk membiarkan saja dan akhirnya tak terpakai.

“Mengurus proses return-nya juga sulit sekali, saya negosiasi sama seller nya, dia bilang kalau hanya tinggal satu ukuran saja. Ketika saya minta untuk model lain di harga yang sama, penjualnya juga enggak mau karena hitungannya barang yang saya beli harga promo. Karena ribet akhirnya ya sudah enggak saya pakai, mau dijual lagi juga rugi waktu,” ulasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya