SOLOPOS.COM - Gerai Pertashop yang berada di kawasan Desa Gonilan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, pada Jumat (28/7/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Pengamat Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret, Retno Tanding Suryandari, mengatakan tuntutan lesunya bisnis Pertashop di Indonesia menunjukkan penyaluran subsidi bahan bakar minyak (BBM) dari pemerintah yang belum tepat.

Menurutnya, Pertashop kurang diminati karena antara harga Pertamax dan Pertalite berselisih cukup jauh.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

“Pertashop memang kurang diminati karena harga Pertamax dengan Pertalite berbeda jauh. Perlu disadari harga Pertalite yang tertera dikendalikan subsidi pemerintah, sementara harga Pertamax murni muncul dari mekanisme pasar dan setiap saat dapat berubah sesuai perubahan harga minyak dunia yang berlaku,” ujar Retno saat dihubungi Solopos.com, Jumat (28/7/2023).

Meski begitu, Retno tidak setuju jika subsidi Pertalite dicabut atau BBM tersebut ditarik dari masyarakat.

Menurutnya pemerintah masih menimbang dan melihat jika masih ada kelompok masyarakat yang membutuhkan subsidi bahan bakar sehingga Pertalite masih ada sampai saat ini walaupun disparitas harga cukup besar.

Menurutnya, masyarakat yang mampu membeli Pertamax tetapi terus-terusan mengkonsumsi Pertalite menunjukkan keabaian mereka terhadap kondisi sekitar.

Dia yakin pemerintah juga mampu membuat mekanisme agar hanya masyarakat miskin saja yang dapat mengakses Pertalite.

Retno menjelaskan, saat ini harga Pertamax di pasaran sudah diupayakan untuk mengikuti harga pasar dunia tetapi masih tetap ada selisihnya.

Menurut Retno kebebasan masyarakat bebas mengakses subsidi BBM, LPG atau beberapa komoditas lainnya adalah bentuk kebocoran subsidi.

Dia berharap kondisi ini dapat segera teratasi.

Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah, Brasto Galih Nugroho mengatakan saat ini masukan terkait bisnis Pertashop sudah diterima dan sedang dikaji oleh Kantor Pusat.

Dia juga menyikapi banyaknya unit Pertashop yang ada di kota, tidak hanya pedesaan saja.

“Pertashop tidak hanya harus di pedesaan tetapi wilayah manapun dengan tujuan menyasar konsumen yang tidak terjangkau oleh SPBU,” papar Brasto saat dihubungi Solopos.com.

Dia meneruskan, Pertashop juga dapat dibuat di wilayah pinggiran yang jauh dari SPBU.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya