SOLOPOS.COM - Ilustrasi pekerja di perusahaan pusat data. (freepik).

Solopos.com, SOLO — Pengamat pendidikan sekaligus Anggota Dewan Penasehat Center for the betterment of Education (CBE) Jakarta, Darmaningtyas, menanggapi banyaknya pengusaha yang mengeluhkan lulusan sarjana dan magister tidak bisa bekerja maksimal.

Salah satunya disebabkan karena kurikulum pendidikan yang tidak bisa mengikuti kemajuan industri saat ini.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Ia juga menilai, kompetensi dunia kerja ini terus berkembang hanya dalam hitungan bulan, ini yang membuat para angkatan kerja kesulitan mendapatkan pekerjaan.

“Kebutuhan kompetensi di dunia kerja, termasuk perusahaan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan perubahan kurikulum. Kebutuhan kompetensi di dunia kerja hitungannya bisa bulan atau paling lama setahunan, sedangkan revisi kurikulum paling cepat lima tahunan,” ujarnya kepada Solopos.com, Selasa (24/10/2023).

Darmaningtyas melanjutkan, saat ini yang dibutuhkan adalah angkatan kerja yang memiliki keterampilan pasca lulus dari jenjang pendidikan.

Solusi yang ditawarkan adalah pembentukan Balai Latihan Kerja (BLK) yang harus  ada di setiap kabupaten atau kota.

“Jadi kurikulum pasti akan selalu tertinggal dengan kebutuhan industri. Di sinilah pentingnya BLK yang ada di setiap kabupaten atau kota atau provinsi agar mereka dapat meng-upgrate ketrampilan para pencari kerja terutama yang baru lulus dari sekolah,” kata dia.

Darmaningtyas melanjutkan, fungsi dari BLK ini adalah menjembatani kebutuhan antara lapangan kerja dengan dunia pendidikan.

Ia menyebut, karena perkembangan dan kebutuhan dunia kerja yang sangat cepat, perlu adanya BLK untuk mengenalkan lulusan baru terhadap kebutuhan industri.

“Tanpa ada bantuan BLK-BLK selalu akan muncul keluhan miss match antara lulusan sekolah dengan kebutuhan dunia kerja,” tegasnya.

Sebelumnya,  Sekretaris Apindo Kota Solo, Sri Saptono Basuki, mengatakan ada sejumlah faktor yang menyebabkan angkatan kerja mendapatkan pekerjaan, mulai dari perubahan pola kebiasaan hingga keterhubungan antara dunia pedidikan dengan kebutuhan lapangan kerja.

“Saat ini memang terjadi perubahan pola habis anak seiring dengan transformasi digital dan teknologi. Selain itu kurikulum sekolah yang terlambat mengantisipasi pola disrupsi saat ini, moral knowing, moral action dan moral feeling anak-anak sekarang belum terbangun secara utuh. Selain itu, link and match dunia pendidikan dengan budaya kerja serta industri perlu terus ditingkatkan dan diakselerasikan,” ujarnya kepada Solopos.com, Sabtu (21/10/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya