SOLOPOS.COM - Ilustrasi beras. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Darsono, turut mengomentari soal impor beras di Tanah Air.

Jika bertujuan penyelamatan defisit pangan, impor memang layak dilakukan.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

“Tetapi harus dengan hati-hati agar tidak ada efek harga donestik karena over impor. Baiknya ada tindakan rencana tindak lanjut berkaitan dengan dorongan positif utk meningkatkan produk domestik,” ujar Darsono.

Darsono menguraikan naiknya harga beras saat ini karena mundurnya musim hujan hampir dua bulan. Oleh sebab itu, ada kemunduran musim panen.

Disusul adanya perubahan jumlah konsumsi, sehingga terjadi kelangkaan yang menimbulkan kenaikan harga.

“Periode kemunduran panen, namun ada perubahan jumlah konsumsi. Maka dengan adanya hukum permintaan, terjadi kelangkaan dampaknya harga naik,” kata dia.

Untuk menyiasati kelangkaan beras ini, Darsono menyebut perlu ada dorongan diversifikasi sumber pangan.

“Kembali kepada sumber pangan lokal dimulai dari dorongan hulu, peningkatan produksinya,” terang Darsono.

Sebelumnya, pemerintah memutuskan untuk mengimpor 1,6 juta ton beras untuk memenuhi kebutuhan domestik akibat mundurnya masa panen selama dua bulan.

“Seharusnya pada Maret-April itu sudah panen raya, sekarang mundur ke April, Mei, dan Juni, sehingga produksi menurun dan pemerintah kemarin memutuskan untuk melakukan impor,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Jakarta, Rabu (14/2/2024) seperti dilansir Antaranews.

Stok Bulog Solo

Pimpinan Cabang Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) Solo, Andy Nugroho menyebut stok beras gudang Bulog sebesar 12.000 ton beras.

Angka tersebut diklaim cukup memenuhi kebutuhan beras warga Soloraya hingga musim panen berikutnya.

“Kami belum serap karena memang belum panen raya, tapi kalau secara stok masih bisa dikatakan lebel aman,” terang Andy saat dihubungi wartawan, pada Kamis (15/2/2024).

Andy menyebut saat ini juga kedatangan beras impor agar menjaga ketersediaan stok. Beras impor, lanjut dia, saat ini berjumlah 10.000 ton dari total stok yang ada.

“Kami hanya menerima tapi selama ini menerima secara rutin. Nanti panen kemungkinan berhenti dulu itu kami akan menyerap yang panen dari petani lokal,” terang Andy.

Pihaknya mengklaim selalu menjaga stok beras minimal 10.000 ton. Ihwal kekosongan stok beras di beberapa toko ritel, menurut Andy hal ini karena dampak belum adanya panen gabah di tingkat petani.

“Jadi harga di pasaran yang naik, kami selanjutnya isi supaya pasokannya tetap berimbang. Jadi tidak terjadi kelangkan, kami isi baik yang beras stabilisasi pasokan dan harga pangan [SPHP] terus yang medium,” kata dia.

Tingginya harga beras saat ini menurut Andy karena belum memasuki panen raya. Dia memprediksi panen raya akan terjadi pada Maret 2024 mendatang.

“Ditahun-tahun sebelumnya itu siklusnya pasti gitu. Sebelum panen itu pasti harga puncak, nanti setelah panen dia akan serta-merta harga turun perlahan,” terang Andy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya