SOLOPOS.COM - Ilustrasi .(danamonline.com)

Solopos.com, SOLO — Tren Reksa dana diprediksi akan flat pada tahun ini, hal ini tidak lepas dari  ancaman resesi yang membuat investor berpikir cermat sebelum melakukan investasi. Meski demikian, reksa dana dipastikan tetap menjadi favorit dibandingkan obligasi atau saham.

Menurut pengamat ekonomi Universitas Muhammadiyah Solo (UMS) Anton Agus Setyawan kepada Solopos.com pada Selasa (21/2/2023), reksa dana memang menjadi salah satu favorit untuk investor pemula, atau yang menginginkan risiko kecil dengan imbal hasil yang pasti.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

“Sebenarnya bukan favorit, lebih tepatnya reksa dana punya risiko yang lebih terukur dengan imbal hasil yang lebih pasti. Reksa dana secara maknanya itu kan sebenarnya adalah beragam instrumen investasi pada dasarnya investasi itu risikonya punya berbagai tingkatan, dan reksa dana ini risikonya memang lebih rendah,” ulas Anton.

Mengenai tren ke depannya, reksa dana kemungkinan akan lebih flat, hal ini tidak lepas dari adanya ancaman resesi secara global. Sehingga membuat para investor lebih memilih untuk menunggu kondisi dari ekonomi terlebih dahulu.

“Ya, semua jenis investasi keuangan terancam oleh resesi karena kondisi ketidakpastian, tidak terkecuali reksa dana, kemungkinan karena adanya ancaman resesi dan kondisi global belum mengalami perubahan, saya kira investor juga akan menunggu dulu sebelum memutuskan berinvestasi,” tambahnya.

Menurut Anton, keunggulan lain dari reksa dana adalah investor bisa meletakkan uang investasinya ke beragam instrumen investasi. Selain itu, ada peran manajer investasi yang membuat investor reksa dana bisa berkonsultasi sebelum memutuskan untuk memilih investasi yang dituju. Selain itu, banyaknya pilihan instrumen menghindarkan investor untuk menghindari kerugian

“Reksa dana itu kombinasi berbagai macam investasi dan yang mengelola itu manajer investasi (MI) di mana nanti investor akan berkonsultasi dulu untuk meletakkan investasinya ke mana nanti akan meletakkan. Tugas MI nantinya akan memilih instrumen dalam reksa dana, misalnya mau diletakkan ke deposito berapa persen, saham berapa persen dan emas berapa persen, istilahnya ‘tidak meletakkan satu telur di dalam keranjang’ atau semua diletakkan di satu instrumen ini akan punya risiko yang besar,” ulasnya.

Sedangkan menurut Shafira Putri dari Syailendra Capital reksa dana pendapatan tetap dinilai lebih stabil dalam menghadapi resesi pada tahun 2023. Pasalnya, reksa dana pendapatan tetap dapat memberikan imbal hasil relatif lebih stabil.

“Penurunan likuiditas dan kinerja laba mencerminkan penurunan sentimen investor terhadap Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG), sulit untuk mengetahui titik terendah dari suatu resesi akibat tingginya ketidakpastian ekonomi. Terlihat Harga IHSG saat ini telah mencerminkan risiko atas shallow recession. Dalam menungggu perkembangan pasar, reksa dana pendapatan tetap dapat memberikan imbal hasil relatif lebih stabil,” ulasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya