Solopos.com, SOLO – Pemerintah membuat kebijakan dan sejumlah langkah untuk pengembangan industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai. Karena itu pemerintah menggandeng investor untuk pembuatan pabrik baterai kendaraan listrik.
Menurut Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (Ilmate) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Taufiek Bawazier, harga kendaraan listrik masih cukup mahal. Harga mobil listrik bisa mencapai Rp600 juta, dan komponen termahalnya adalah baterai.
“Harga baterai untuk kendaraan bermotor listrik [mobil] bsa mencapai Rp200 juta. Untuk itu pemerintah berupaya menggandeng investor untuk pembuatan pabrik baterai. Karena Indonesia memiliki sumber daya alam nikel yang merupakan bahan baku utama baterai,” ujar Taufiek Bawazier saat talkshow virtual yang digelar Solopos, Kamis (25/2/2021) malam.
Baca juga: Investasi Raksasa Rp142 Triliun, Pabrik Baterai Kendaraan Listrik Bakal Berdiri di Batang
Baca juga: Investasi Raksasa Rp142 Triliun, Pabrik Baterai Kendaraan Listrik Bakal Berdiri di Batang
Presiden Direktur Solopos Group, Arif Budisusilo memandu talkshow Indonesia Bangkit dengan tema, Kendaraan Listrik di Depan Mata, Siapkah Indonesia? Talkshow ini disiarkan life melalui YouTube Solopos TV, Instagram, dan Facebook Solopos.
Hadir narasumber lainnya, seperti Komisaris PT PLN (Persero) Eko Sulistyo dan Staf Ahli Pengembangan Sektor Investasi Priortitas BKPM, Aries Indanarto. Juga Ketua Pengembangan Baterai Lithium UNS Solo, Prof Agus Purwanto.
Menurut Staf Ahli Bidang Pengembangan Sektor Investasi Prioritas BKPM, Aries Indanarto, pihaknya mendapat tugas mendatangkan investor untuk pengembangan kendaraan bermotor listrik di Indonesia. Terutama pengembangan industri pembuatan baterai.
“Apalagi bahan baku utama biji nikel tersedia cukup banyak di Indonesia. Investor tentu mendekati bahan baku. Karena itu harus didukung perizinan yang terpusat dan lebih cepat, sehingga akan lebih banyak lagi investor yang masuk,” ujar Aries.
Hanya saja perlu dipikirkan juga bagaimana agar konsumen kendaraan bermotor listrik terutama roda empat agar tidak merasa jenuh saat pengisian daya. Di mana jika mobil BBM hanya butuh 5 menit, tapi kendaraan listrik butuh 3-4 jam.
“Kendaraan listrik roda dua bisa berganti baterai dan sudah ada stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum [SPBKLU]. Nah kendaraan listrik roda empat harus dipikirkan juga,” jelas Aries.
Baca juga: Pemerintah Serius Kembangkan Kendaraan Bermotor Listrik di Indonesia
Ketua Pengembangan Baterai Lithium UNS Solo, Prof Agus Purwanto menjelaskan memang perlu dipikirkan juga untuk membuat baterai ringan namun kapasitas listriknya besar. Sehingga baterai ini mendukung daya tempuh dari kendaraan listrik itu sendiri.
Agus Purwanto juga menjawab soal daur ulang baterai lithium apakah memungkinkan di lakukan. Menurut dia, bisa dilakukan namum harus dipertimbangkan juga jaminan keselamatannya. “Inilah yang menjadi tantangan agar baterai untuk kebutuhan kendaraan listrik bisa lebih kompetitif,” imbuh Agus Purwanto.