SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA — Pemerintah China menetapkan target untuk pertumbuhan ekonomi mencapai 5 persen dan defisit anggaran 3 persen pada 2023.

Laporan tersebut sebagaimana ketika Kongres Rakyat Nasional (NPC) memulai sesi parlemen tahunan.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Melansir Bisnis.com dari sebuah laman berita internasional pada Minggu (5/3/2023), Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan bahwa target tersebut bertujuan menciptakan sekitar 12 juta pekerjaan perkotaan tahun ini, naik dari target tahun lalu mencapai 11 juta.

Pada tahun lalu, Menteri Li menuturkan bahwa produk domestik bruto (PDB) China tumbuh hanya 3 persen atau terburuk dalam beberapa dekade, lantaran adanya pembatasan Covid-19 selama tiga tahun.

Di samping itu, Menteri Li menuturkan bahwa adanya krisis di sektor propertinya yang meluas hingga tindakan keras terhadap perusahaan swasta dan melemahnya permintaan ekspor untuk China juga menjadikan PDB di Negara Tirai Bambu itu hanya mampu tumbuh 3 persen.

Sementara itu, Li juga menetapkan target defisit anggaran pemerintah sebesar 3 persen dari PDB, atau melebar dari target sekitar 2,8 persen tahun lalu. Untuk diketahui, sesi parlemen tahun ini akan menerapkan perombakan pemerintah terbesar dalam satu dekade saat Beijing menghadapi sejumlah tantangan dan berupaya menghidupkan kembali ekonominya yang terpukul Covid-19.

Nantinya, Menteri Li dan sejumlah pejabat kebijakan ekonomi yang lebih berorientasi reformasi akan pensiun selama kongres, memberi jalan bagi loyalis Presiden Xi Jinping, yang semakin memperketat cengkeramannya pada kekuasaan.

Selama NPC, Mantan Ketua Partai Shanghai Li Qiang, sekutu lama Xi, diperkirakan akan dikukuhkan sebagai perdana menteri, yang bertugas menghidupkan kembali ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Parlemen yang akan berakhir pada 13 Maret juga akan membahas rencana Xi untuk reorganisasi entitas negara dan Partai Komunis yang “intensif” dan “bercakupan luas”.

Adapun, NPC dibuka pada hari yang berkabut di tengah keamanan ketat di ibu kota China, dengan 2.948 delegasi berkumpul di Aula Besar Rakyat di sisi barat Lapangan Tiananmen.

Di sisi lain, Pemerintah China yang resmi melonggarkan kebijakan zero covid policy, sekaligus kembali membuka jalur perdagangan, disebut akan meningkatkan ekonomi Indonesia dari segi impor ataupun ekspor. Potensi ini, juga bisa menguntungkan para pelaku investasi reksa dana.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam Seminar Nasional Bangkit Bersama dan Semakin Berdaya: Strategi UMKM Mencari Pembiayaan Untuk Bertumbuh di Ballroom Hotel Alila Solo, pada Jumat (3/3/2023) menyebut, adanya jalur perdagangan dengan China membuat potensi ekspor bisa kembali terbuka. Sehingga meningkatkan pendapatan melalui jual beli lintas negara.

“Ekonomi kita secara nasional, tumbuh 4,9 persen, tetapi dengan China yang akan membaik, ekonomi kita bisa tumbuh mencapai 5,1 persen. Sumbernya dari ekspor, tetapi lebih dari itu adalah konsumsi masyarakat, ditambah inflasi yang masih terkendali, potensi kita besar, sehingga pelaku industri terutama di Solo bisa memanfaatkan potensi ini,” jelasnya.

Menurut pengamat ekonomi Universitas Muhammadiyah Solo (UMS), Anton Agus Setyawan, kepada Solopos.com Minggu (5/3/2023), menjelaskan potensi perdagangan dengan China bisa mendongkrak ekspor yang lesu pascapandemi. 

“Ini memang bisa mencegah penurunan ekspor kita yang sempat lesu. Selain itu, bagi industri manufaktur dalam negeri bisa kembali normal karena impor bahan baku ataupun alat bisa lebih lancar. Dampaknya bagi Indonesia cukup besar karena Cina merupakan pemasok utama dalam rantai perdagangan global, dan Indonesia masuk jejaring itu,” jelas Anton.

Sedangkan untuk reksa dana, dalam rilis yang diterima dari Syailendra Capital pada Sabtu (4/3/2023), Cina merupkan negara tujuan ekspor terbesar dengan persentase mencapai 27,3 persen pada tahun lalu. Persentase tersebut meningkat pesat dibandingkan satu dekade sebelumnya senilai 12,4 persen.

Meskipun demikian, kelonggaran yang diterapkan pemerintah China masih belum bisa memastikan pulihnya permintaan Cina. Sehingga, lebih aman untuk menungu perkembangan pasar, ketike berinvestasi lebih baik memilih reksa dana campuran karena fleksibilitas rotasi antar kelas aset.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya