SOLOPOS.COM - Proses produksi buku di usaha percetakan milik warga Solo, Zalde. (Istimewa/Zalde).

Solopos.com, SOLO — Bisnis percetakan mempunyai peluang yang besar dan menjanjikan seiring perkembangan era digital.

Pada era kini usaha percetakan dilirik pelanggan untuk memproduksi berbagai hal demi menambah nilai jual produk.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Misalnya, kebutuhan spanduk, pamflet, undangan, kartu nama, kemasan produk makanaan, dan lain-lain. Selain, itu bisnis percetakan juga beragam, mulai dari percetakan digital, percetakan offset, percetakan sablon, percetakan fleksografi, dan percetakan rotogravure.

Salah satu pengelola CV Sidu Tama, Satrio Sulastomo menjelaskan saat ini jenis percetakan yang paling banyak dicari pelanggan adalah boks makanan untuk branding produk, boks makanan tengah dicari baik untuk pelaku usaha kuliner dalam skala kecil maupun besar.

Selain itu, saat musim pernikahan, permintaan untuk undangan pernikahan juga meroket. Pada momen tertentu permintaan cetak buku modul siswa juga ramai dicari

“Yang paling sering dipesan adalah kardus packaging untuk makanan dengan brand konsumen masing-masing, selain itu juga nota toko. Untuk undangan pernikahan biasanya ramai sebelum Bulan Sura dan setelah Lebaran,” ujar Satrio saat dihubungi Solopos.com pada Sabtu (6/5/2023).

Selain menyetak desain, bisnis percetakannya juga melayani permintaan desain produk, misalnya untuk desain undangan pernikahan dengan tambahan.

Namun banyak juga pelanggan yang telah menyiapkan desain sendiri  sesuai kebutuhan mereka.

Bisnis percetakan telah ia jalankan mulai 2007 hingga sekarang, dari sebelum punya mesin cetak dan mesin potong sendiri.

Sebelumnya, ia hanya menjalankan dengan sistem partnership, yaitu menerima pesanan desain dan pengerjaan dilakukan oleh percetakan besar yang telah mempunyai mesin.

Dalam sehari paling tidak ada pesanan boks makanan masuk, paling tidak dalam sepekan ada sepuluh permintaan cetak boks makanan, satu pelanggan paling tidak memesan 1.000 hingga 3.000 lembar.

Kemasan produk tersebut biasa diharga Rp1.000 hingga Rp3.000 per lembar.

Sementara itu untuk harga cetak undangan juga bervariasi, mulai Rp3.000 hingga Rp20.000 per lembar, tergantung jenis kertas dan motif undangan yang dipesan.

Seusai Lebaran ini ia telah menerima permintaan undangan pernikahan dari empat pelanggan. Biasanya satu pelanggan yang ingin mencetak undangan pernikahan membutuhkan 100 hingga 300 lembar.

Modal Bisnis Percetakan

Satrio menjelaskan untuk modal yang diperlukan dalam bisnis percetakan adalah mesin cetak, mesin potong, duplex, alat tulis kantor (AK), dan komputer.

Harga mesin cetak berkisar Rp300 juta, mesin potong berkisar di angka jutaan rupiah, kemudian komputer berkisar Rp3 juta hingga Rp4 juta.

Bisnis percetakan juga bisa dimulai tanpa memiliki mesin cetak, seperti yang dilakukan oleh Zalde. Warga Solo Baru ini menguraikan hanya butuh promosi dan kemampuan desain produk untuk menjalankan usaha percetakannya.

Karena skala usaha percetakannya masih kecil, jadi ia tidak memiliki mesin sendiri, jadi ia menyebut usaha percetakannya dengan sistem partnership.

“Jadi istilahnya kamu yang punya mesin dan operator mesin, jadi misal ada orderan aku kerjakan ke orang yang punya mesin, jadi aku ada kertas dan numpang jasa mesin saja,” papar Zalde saat dihubungi Solopos.com pada Minggu (7/5/2023).

Menurutnya untuk membeli mesin cetak sangat diperhitungkan, karena harga mesin cetak yang cukup mahal, sedangkan ongkos cetak yang masih terjangkau.

Oleh karena itu, ia hanya memperoleh keuntungan 35 persen hingga 40 persen dengan tanpa memiliki mesin cetak sendiri.

Pesanan yang ia terima tidak hanya lokal Soloraya, namun sudah meluas ke Pulau Jawa, ia biasanya menerima pesanan undangan, Buku Yasin, souvenir books, handtag, nota, pamflet, dengan harga yang bervariasi.

“Yang paling laris Buku Yasin dan undangan,” ujar Zalde.

Satu pelanggan biasanya membutuhkan ratusan hingga ribuan lembar undangan dan Buku Yasin, dengan harga undangan Rp1.000
hingga Rp10.000 per lembar.



Sementara itu untuk Buku Yasin dibanderol dengan harga Rp7.000 hingga Rp20.000 per lembar. Dalam sepekan paling tidak ia bisa mengerjakan empat hingga enam pesanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya