Bisnis
Sabtu, 14 Oktober 2023 - 16:52 WIB

Peluang dan Tantangan Membuka Bisnis Kedai Teh di Kota Solo

Dhima Wahyu Sejati  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu teh di Surakartea yang disajikan panas dengan wadah poci. Cocok diminum ramai-ramai. (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO — Saat ini bisnis kedai teh belum menjadi pilihan banyak orang, termasuk di Kota Solo. Sekalipun ada yang menyajikan varian teh di dalam daftar menu di sebuah kedai, tapi itu hanya bersifat selingan alias pemanis semata.

Padahal, bisnis kedai teh tidak kalah potensial dengan kedai kopi yang belakangan menjamur di Kota Solo. Sektor bisnis ini dinilai cerah. Apalagi masih jarang ada kedai teh di Solo sehingga kompetitor bisnis ini cukup minim.

Advertisement

Optimisme itu diungkap oleh pemilik kedai teh Surakartea, Yusuf Haikal, yang mengatakan teh bakal mendapatkan momentum sebagaimana kopi. Kedai kopi sekalipun dulu juga tidak terlalu populer di Solo, namun lima tahun belakangan baru digemari terutama oleh anak muda.

“Kami yakin dan optimis juga bahwa teh itu bisa sebesar kopi sekarang, makanya itu juga menjadi salah satu alasan bagi kami membuka kedai teh di Solo,” kata dia ketika berbincang dengan Solopos.com, Jumat (13/10/2023) malam.

Advertisement

“Kami yakin dan optimis juga bahwa teh itu bisa sebesar kopi sekarang, makanya itu juga menjadi salah satu alasan bagi kami membuka kedai teh di Solo,” kata dia ketika berbincang dengan Solopos.com, Jumat (13/10/2023) malam.

Terlebih cara membuat teh tidak serumit kopi. Jika kopi seperti manual brew harus melewati proses yang cukup panjang. Teh cukup diseduh dengan air panas dan siap disajikan. Cara penyimpanannya pun tidak ribet, lantaran dedaunan kering itu bisa disimpan di suhu ruang.

Kekuatan teh juga terletak pada khasiatnya. Perlu diketahui, jenis teh asli yang ada di Indonesia saja beragam dan memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Misalkan, teh hitam yang banyak dijumpai di pasaran, memberikan efek relaksasi alami pada tubuh dan mental.

Advertisement

Apalagi tidak sulit menemukan teh di Soloraya. Setidaknya daerah di Selo, Kemuning dan daerah tinggi lain cukup banyak kebun teh. Seperti halnya Heikal, Kedai Surakartea yang dia dirikan itu sebagian memanfaatkan teh dari Bandung, Wonosobo dan Kemuning.

Selain itu, pria asal Pasar Kliwon yang sudah sejak 2021 membuka kedai teh itu menganggap teh sangat dekat dengan masyarakat. Keseharian masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa hampir pasti tidak bisa lepas dari teh. 

Setiap kali bercengkrama dengan keluarga di rumah atau sekadar nongkrong di luar, hampir selalu ditemani teh. Warga asal Sukoharjo, Linda, 25, mengaku lebih suka nongkrong di kedai teh.

Advertisement

“Lebih teh sebenarnya, karena lebih bisa eksplor rasa si. Meskipun kopi juga ya. Tapi di Surakartea variannya banyak, jadi keinginan untuk coba satu-satu itu ada gitu. Kalau teh terasa lebih hangat sama homey [nyaman],” kata dia.

Hal ini juga ditegaskan oleh sejarawan Solo, Heri Priyatmoko, yang mengatakan masyarakat Jawa sudah lama mengkonsumsi teh. “Taruhlah misalkan catatan abad 19, Serat Centhini itu teh untuk ritual, perjamuan, atau minum sehari-hari itu sudah biasa,” kata dia.

Tidak hanya orang Jawa, pada masa-masa abad ke-19 itu bahkan orang Eropa termasuk Belanda turut menikmati sajian teh setiap hari. “Biasanya sambil icip-icip [camilan],” kata dia. Dia menegaskan teh merupakan konsumsi lintas kelas dan lintas etnis. Sebab tidak hanya orang Jawa saja yang gemar minum teh, peranakan Arab dan Tionghoa di Indonesia sejak dulu sudah memiliki budaya minum teh.

Advertisement

Tantangan

Namun Haikal mengatakan membuka kedai teh masih menyisakan tantangan tersendiri. Hal itu lantaran asumsi di masyarakat, terutama di Solo, masih berorientasi pada teh kemasan atau teh oplos yang biasa ada di angkringan.

Bukan berarti itu salah, namun ketika membuka kedai teh dengan varian yang sama sekali berbeda dengan di angkringan, maka harus ada usaha ekstra untuk memberikan pemahaman. Terlebih menurutnya ketika masyarakat sudah terbiasa dengan harga teh Rp3.000, lalu ditawarkan varian teh lain dengan harga Rp8.000 sampai Rp18.000.

“Cukup sulit juga [memperkenalkan teh], bahkan sampai saat ini ada beberapa jenis teh yang jarang keluar [dibeli pelanggan] karena rasanya yang tidak terlalu disukai,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif