SOLOPOS.COM - Ilustrasi uang rupiah. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA – Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede meyakini melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS diyakini hanya bersifat sementara.

Bahkan, kenaikan nilai tukar dolar tidak akan pernah menyentuh angka Rp 16.000 hingga 2024. Menurutnya, pergerakan mata uang saat ini terdorong sentimen. Di mana, muncul kekhawatiran dari pelaku pasar, lantaran adanya tensi memanasnya geopolitik hingga tren higher for longer yang pada akhirnya mempengaruhi pergerakan mata uang.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

“Kalau misalnya ending [akhir tahun] di Rp15.500 mestinya akan di kisaran itu, artinya sepanjang tahun depan pun rasa-rasanya tidak ada alasan kuat untuk rupiah melemah lebih jauh lagi karena faktor fundamental itulah yang lebih menjawab,” ujarnya dalam Launching Permata Institute for Economic Research di Jakarta Pusat, Selasa (7/11/2023) seperti dilansir Bisnis.

Menurut Joshua, faktor fundamental negara yang kuat menjadi penting dalam mendukung argumennya bahwa pelemahan rupiah terhadap dolar AS tidak akan berlanjut hingga mencapai angka tertentu, seperti Rp16.000, hingga tahun depan.

Tercatat, dirinya menuturkan saat ini tingkat inflasi Indonesia masih terjaga di bawah 4% dengan prediksi inflasi di angka 2,89% di sisa 2023 dan 3,17% pada akhir 2024. Hal ini masih sesuai target Bank Indonesia yang berkisar di angka 1,5% sampai 3,5%.

Bahkan, dirinya menyebut dengan Lembaga Pemeringkat Rating & Investment menaikkan outlook Indonesia menjadi positif dengan peringkat kredit tetap pada posisi BBB+ (investment grade) kian menunjukkan ada potensi, di mana peringkat utang dinaikkan, yang pada akhirnya investasi portofolio dan riil makin diminati.

“Jadi yang terpenting adalah stabilitas, bukan menguat dalam waktu cepat lalu melemah lagi. Namun, bagaimana volatilitas ini yang bisa dijaga,” ucapnya.

Senada, Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan menyebut rupiah tergolong sebagai mata uang yang performanya terjaga secara year to date (ytd).

“Sebetulnya, rupiah termasuk mata uang yang performanya cukup terjaga dibandingkan dengan mata uang lainnya secara utuh dari Januari sampai awal November ini,” kata Katarina dalam webinar Insurance Outlook 2024, di Jakarta, Selasa seperti dilansir Antara.

Katarina mengamini rupiah mengalami pelemahan belakangan, imbas dari pengaruh dolar Amerika Serikat (AS).

Meski begitu, menurut dia lagi, pelemahan yang terjadi beberapa bulan terakhir masih lebih baik dibandingkan pelemahan yang pernah terjadi sebelumnya, misalnya pelemahan pada 2019 hingga 2020.

Terlebih, Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah kebijakan preemptive dengan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen, setelah bertahan pada level 5,75 persen selama sembilan bulan berturut-turut.

Katarina meyakini langkah tersebut dapat menjadi langkah untuk mendukung kestabilan nilai rupiah di tengah volatilitas yang tinggi.

Pasalnya, angka imbal hasil obligasi Amerika Serikat (US treasury yield) sedang berada pada level tertinggi sejak 2007, yakni di kisaran level 5 persen. Di samping itu, beredar kabar bahwa Federal Reserve atau The Fed tidak akan menaikkan suku bunga dalam beberapa waktu ke depan.

“BI melakukan tindakan preemptive dan forward looking dalam menghadapi berbagai tekanan di pasar finansial global, terutama BI ingin mendukung rupiah di tengah volatilitas yang sangat tinggi,” ujar dia lagi.

Katarina memprediksi BI akan mempertahankan suku bunga acuan pada level 6 persen hingga paruh pertama 2024.

Pola Belanja

BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan, yaitu BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) ke level 6,00 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 18-19 Oktober 2023.

Kenaikan tersebut bertujuan memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dari ketidakpastian global dan menjadi langkah pencegahan untuk memitigasi dampak pelemahan rupiah terhadap imported inflation atau inflasi barang impor.

Sementara itu, pada penutupan perdagangan, Selasa (7/11/2023) nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah ke level Rp15.636 per dolar AS. Pergerakan mata uang Asia lainnya terpantau lesu dihantam oleh dolar AS sore ini.

Adapun, berdasakan catatan Bisnis, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan potensi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV/2023 bakal terkerek ke atas 5% (year-on-year/yoy) dengan porsi belanja negara yang masih tersisa Rp1.078 triliun.

Melihat pola belanja pemerintah, lanjutnya, pada kuartal III/2023 memang selalu tercatat kontraksi dan baru akan terealisasi pada kuartal terakhir.

“Saya sudah menghitung untuk sampai Desember ini dari alokasi belanja yang ada, kami masih ada kuartal terakhir, belanja di dalam APBN masih ada Rp1.078 triliun,” ujarnya dalam Konferensi Pers PDB Kuartal III 2023 serta Stimulus Fiskal, Senin (6/11/2023).

Sementara dari sisi penerimaan negara, Sri Mulyani memperkirakan akan ada Rp650 triliun yang masuk ke kantong negara. Untuk mengerek pertumbuhan ekonomi pula, pemerintah telah mengeluarkan sejumlah paket kebijakan berupa insentif sektor perumahan, bantuan pangan, dan bantuan langsung tunai atau BLT.

“Dengan adanya beberapa kebijakan tambahan, kami berharap akan memperbaiki outlook dari kuartal IV/2023 sehingga bisa tetap terjaga di 5%,” tuturnya.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya