SOLOPOS.COM - Ilustrasi modal usaha UMKM. (freepik)

Solopos.com, SOLO — Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergerak di sektor konstruksi di Solo masih mempertimbangkan untuk menggunakan skema pendanaan melalui Securities Crowdfunding (SCF) lantaran besaran bunga terbilang masih tinggi.

Pemilik PT. Mutria Krida Perkasa, Aria Sakti, mengatakan belum tertarik untuk melirik skema SCF lantaran besaran bunga yang dipatok penyedia platform cukup besar bisa sampai 20%. “Kalau bunganya mencapai 20% itu kan berat, padahal ada pembiayaan alternatif yang lebih ringan dan syaratnya, tapi detailnya kita belum tahu persis, baru dengar ini,” kata dia ketika ditemui selepas seminar pendanaan SCF untuk UMKM di Tower UNS Solo, Senin (6/11/2023).

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Meski begitu dia menyebut masih mencari sistem pendanaan melalui SCF dengan bunga yang lebih kecil. Bukan tidak mungkin baginya untuk melirik SCF. Sejauh ini dia mencari pendanaan melalui bank.

Hal senada disampaikan Direktur CV Patma Utama, Cahyo Widi. Dia menyebut selama ini pengusaha konstruksi termasuk dirinya mendapatkan pendanaan melalui Bank Solo. Dia mengatakan dalam waktu dekat belum berminat beralih ke skema SCF.

“Karena bunganya relatif masih tinggi sekitar 18-20%, padahal di Bank Solo itu 12% dalam setahun. Jadi masih terlalu tinggi,” kata dia. 

Terlebih menurutnya pembukuan UMKM sektor konstruksi masih belum rapi pascapandemi pada dua tahun lalu. Sedangkan syarat untuk mengajukan pendanaan SCF harus memiliki pembukuan yang bagus.

“Kelihatannya saya tidak SCF, karena di bank sudah ada dan semua bisa masuk lewat asosiasi. Kalau mau ada pinjaman dana untuk pembangunan semua asosiasi ada, tinggal pilih yang mana ” kata dia.

Akademisi Bisnis Digital, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNS Solo, Putra Pamungkas, menyebut SCF sebenarnya bisa menjadi salah satu alternatif pendanaan bagi UMKM. Terlebih bagi UMKM yang sulit pendanaan dari bank. “Tantangannya memang di SCF ini bunganya masih tinggi, sehingga untuk UMKM masih berat juga, yang kedua masih perlu syarat mirip-mirip bank dan pembiayaannya tidak terlalu banyak,” kata dia.

Selain itu para investor menurutnya terkadang memberikan tuntutan yang terlalu tinggi kepada UMKM. Misalnya laporan dan pembukuan. Padahal menurutnya UMKM memang belum begitu rapi dalam hal administrasi. “Laporan keuangan juga belum rapi, nah untuk laporan setiap bulan untuk investor setiap bulan tidak maksimal,” kata dia. 

Meski begitu, hal tersebut merupakan alternatif yang bisa mendorong UMKM untuk tumbuh. Dia melihat skema pendanaan SCF sudah ada yang berjalan sehingga dan bisa sukses. “Misal di Jogja beberapa yang sukses lewat SCF ya, bidangnya ada yang makanan dan minuman juga,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya