SOLOPOS.COM - Pekerja di Indonesia Ilustrasi menghitung uang. (Freepik.com).

Solopos.com, SOLO —  Kerentanan finansial masih dihadapi para pekerja Indonesia. Data Pricewaterhouse Coopers (PwC) menyebut para pekerja menghabiskan 3 jam atau lebih setiap pekan untuk fokus pada masalah keuangan daripada pekerjaan.

Sebanyak 12% karyawan juga kehilangan pekerjaan karena masalah stres keuangan dan 31% merasa produktivitas mereka terpengaruh.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Keuangan juga disebut selalu menjadi hal yang paling menonjol bagi karyawan, menurut PwC. Sebanyak 78% karyawan akan tertarik ke perusahaan lain yang peduli lebih lanjut mengenai kesejahteraan finansial mereka.

“Ketidakpastian ekonomi berdampak pada menurunnya produktivitas dan performa akibat tingkat stres, kecemasan, dan kekhawatiran yang tinggi. Pekerja juga mengalami perasaan insecure parah karena masalah keuangan yang dihadapi perusahaan karena secara langsung mereka takut menghadapi PHK,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Komunikasi dan Informatika, Firlie H. Ganinduto, dalam acara Virtual Media Briefing, Selasa (28/2/2023).

Kondisi psikologi karyawan juga semakin diperburuk akibat jeratan predatory landing yang membuat mereka terlilit utang dengan pinjaman online ilegal, tambah dia.

Berdasarkan data Laporan Pasar: Akses Gaji Instan di Indonesia yang disusun oleh Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), kerentanan finansial para pekerja juga terasa dari pola kehidupan mereka yang menggantungkan hidup dari tanggal gajian.

Country Head GajiGesa Indonesia, Ade Yuanda Saragih, mengatakan perencanaan finansial yang kurang matang membuat para pekerja tidak lepas dari kemiskinan dan bisa terjerat pinjaman online (pinjol).

“Kondisi ini seperti lingkaran setan, mereka mengalami stres finansial dan itu berdampak langsung ke perusahaan karena produktivitas turun. Sebagian besar pekerja kehilangan fokus karena masalah keuangan,” ujar Ade dalam acara Virtual Media Briefing, Selasa (28/2/2023).

Ade menjelaskan kerentanan lebih besar dialami para buruh pabrik dengan gaji di bawah Rp4 juta per bulan.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Komunikasi dan Informatika, Firlie H. Ganinduto, mengatakan stress financial akan semakin terasa di tahun 2023 karena ekspor padat karya diprediksi melambat akibat perang Rusia-Ukraina.

Firlie mengatakan sudah ada beberapa sektor yang terdampak sejak Januari sampai September 2022.

Volume ekspor tekstil hanya mencapai 1,19 juta ton atau  turun 14,52%. Volume ekspor furniture turun 4,49% (yoy) dengan total volume 486,03 ribu ton.

Terdampaknya sektor-sektor tersebut, menurut Firlie, menyebabkan banyak perusahaan melakukan perampingan dan penutupan operasional. Menurut Firlie, hal ini semakin menambah stres yang dialami oleh para karyawan.

Menurut Firlie, EWA berpotensi membantu karyawan karena sudah diterapkan di Amerika Serikat (AS) menopang keuangan tenaga kerja negara itu untuk bisa menghadapi pandemi Covid-19.

Dia juga menyebut di India, EWA membantu likuiditas keuangan karyawan, membangun stabilitas keuangan dan secara bersamaan mencegah karyawan terjerat utang pinjol ilegal.

Namun, EWA memiliki sejumlah tantangan.

Survei dari INDEF kepada 9 pemberi kerja mendapatkan hasil bahwa sistem EWA mengajarkan pekerja untuk mengambil gaji lebih cepat dan belum memiliki aturan baku pelaksanaan di Indonesia, papar Peneliti Center of Digital Economy and SME, INDEF, Izzuddin Al Farras Adha.

Izzuddin mengatakan pemerintah diharapkan segera membuat peraturan baku mengenai sistem EWA lewat Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan menginisiasi kajian dampak pengambilan gaji lebih cepat dari perusahaan sebagai salah satu hak dari pekerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya