SOLOPOS.COM - Tabung gas elpiji 3 Kg. (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Pasokan gas elpiji 3 kilogram (kg) di Solo diklaim aman. Isu kelangkaan yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia tidak terjadi di Kota Bengawan. Sementara, sejumlah warga masih mengeluhkan penggunaan kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) sebagai syarat untuk membeli gas elpiji melon.

Salah satu agen di Jl. RM Said, Ketelan, Solo, Yulianto, saat dihubungi Solopos.com Rabu (2/8/2023) menguraikan pasokan gas elpiji 3 kg ke agen tetap konsisten. Paling tidak sebanyak 160 gas elpiji dipasok dalam periode tertentu, misalnya dua kali dalam sepekan.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Namun, pembeli gas elpiji 3 kg bertambah banyak sehingga ketersediaan di toko miliknya cepat habis. Dengan begitu, ia tidak mampu memenuhi permintaan yang ada.

“Pasokan dari agen tetap, tapi konsumen yang bertambah. Banyak yang enggak pernah beli ikutan beli gas elpiji 3 kg, jadi enggak cukup,” terang Yuli.

Salah satu warga Solo, Novi, mengaku gas elpiji 3 kg tidak sulit ditemukan. Namun sebagai pelaku usaha kuliner, aturan pembelian gas elpiji melon harus menggunakan KTP berdampak di usahanya. Sebab, ia tidak bisa memenuhi kebutuhan dapur, paling tidak ia membutuhkan empat gas elpiji untuk memasak kuliner yang ia jual. “Saya sendiri terdampak, beli harus pakai KTP, satu KTP dan KK, satu tabung gas,” ujar Novi.

Ia juga berpikir bakal beralih ke gas elpiji 5 kg, tanpa subsidi. Karena lebih mahal, keuntungan yang ia terima bakal lebih sedikit. Ia juga memikirkan bakal menaikkan harga makanan yang ia jual.

Dilansir dari Bisnis.com, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, isu langkanya gas elpiji 3 kg di sejumlah daerah disebabkan oleh persoalan distribusi yang kurang optimal. Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan bahwa kebijakan distribusi gas elpiji 3 kg yang diterapkan PT Pertamina (Persero) belum disosialisasikan dengan baik.

Adapun, Pertamina memiliki kebijakan minimal 80% penjualan gas elpiji 3 kg ke pengguna akhir melalui pangkalan dan 20% melalui pengecer. Dengan hal ini, Tutuka meminta agar sosialisasi pengurangan pasokan ke pengecer dapat dikencangkan oleh Pertamina agar diketahui secara luas oleh masyarakat.

Sebelumnya, PT Pertamina Patra Niaga memastikan bakal terjadi kelebihan konsumsi atau over kuota gas elpiji 3 kg pada akhir 2023 sebesar 2,7% dari alokasi yang disiapkan pemerintah dan parlemen lewat anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2023.

Kelebihan proyeksi konsumsi gas melon itu disebabkan karena belum masifnya pendataan pembelian tabung gas subisidi itu di tengah masyarakat. Sementara itu, disparitas harga dengan gas elpiji nonsubsidi makin lebar yang terlihat dari migrasi pembelian ke gas tabung subsidi yang terus meningkat setiap tahunnya.

Lewat pemetaan tengah tahun itu, Pertamina Patra Niaga memproyeksikan kuota yang bakal terserap tahun ini bakal melebar ke angka 8,22 juta ton atau lebih tinggi dari alokasi yang ditetapkan dalam APBN 2023 sebesar 8 juta ton. Artinya, masih terdapat potensi konsumsi yang belum diantisipasi dalam APBN 2023 sekitar 220.000 ton hingga akhir tahun nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya