SOLOPOS.COM - Ilustrasi menghitung rupiah. (Rachman/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA – Pada awal perdagangan Senin (18/12/2023) rupiah dibuka melemah di tengah pasar menantikan kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).

“Pelaku pasar akan mengantisipasi hasil keputusan rapat dewan Gubernur BI yang diprediksi akan mempertahankan BI7DRRR pada level 6 persen sejalan dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah yang terus ditingkatkan,” kata analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri di Jakarta, seperti dilansir Antara, Senin (18/12/2023).

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Reny mengatakan Bank Indonesia memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah, salah satunya melalui penerbitan tiga instrumen BI yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) untuk menarik aliran dana.

Di sisi lain, pada pekan ini, pelaku pasar akan menantikan rilis inflasi Indeks Harga Belanja Personal (PCE) Amerika Serikat (AS) untuk memastikan katalis yang akan menjadi dasar pengambilan keputusan arah kebijakan suku bunga AS ke depan.

Ia mengatakan pergerakan pasar keuangan global dipengaruhi oleh keputusan Bank Sentral AS atau The Fed yang mempertahankan suku bunga tetap stabil di level 5,5 persen pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 2023 dengan indikasi tiga kali penurunan suku bunga Fed Funds Rate menjadi 4,75 persen pada 2024.

Pekan lalu, di samping kebijakan suku bunga The Fed yang less hawkish, rilis surplus neraca perdagangan Indonesia yang berlanjut menjadi katalis positif bagi rupiah sehingga ditutup terapresiasi terhadap dolar AS, terjadi penurunan imbal hasil obligasi, dan peningkatan pasar saham domestik.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus pada November 2023 sebesar 2,41 miliar dolar AS.

Reny memprediksi rupiah bergerak di kisaran Rp15.475 per dolar AS hingga Rp15.545 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi turun 55 poin atau 0,35 persen menjadi Rp15.548 per dolar AS dari sebelumnya 15.493 per dolar AS.

Sebelumnya, mata uang rupiah di akhir perdagangan Jumat (15/12/2023) pekan lalu menguat ditopang oleh surplus neraca perdagangan Indonesia pada November 2023.

“Di sisi dalam negeri, Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus pada November 2023 sebesar 2,41 miliar dolar AS. Ini merupakan surplus beruntun ke-43,” kata analis ICDX Taufan Dimas Hareva kepada Antara di Jakarta, Jumat.

Taufan menuturkan nilai ekspor Indonesia pada November 2023 mencapai 22 miliar dolar AS, turun 8,56 persen dibandingkan November 2022, namun secara bulanan nilai ekspor turun tipis sebesar 0,67 persen.

Sedangkan nilai impor menjadi 19,59 miliar dolar AS, tumbuh 3,29 persen secara year on year (yoy) dan secara bulanan nilai impor tumbuh 4,89 persen.

Dari faktor eksternal, mata uang rupiah menguat didukung oleh kinerja dolar AS yang melemah pasca Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuan Fed Fund stabil di level 5,25 persen sampai dengan 5,50 persen.

Namun, pernyataan Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed Jerome Powell yang dovish dan proyeksi pejabat Fed mengenai penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2024, menyeret mata uang dolar AS lebih rendah secara keseluruhan sehingga menopang penguatan mata uang rupiah.

Pada penutupan perdagangan Jumat, rupiah meningkat sebesar sembilan poin atau 0,06 persen menjadi Rp15.493 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.502 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya