SOLOPOS.COM - Stasiun Solo Jebres dilihat dari lantai II Pasar Jebres, Kamis (24/8/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SOLO — Mengunjungi pasar tradisional bagi sebagian orang bukan semata untuk urusan jual beli keperluan sehari. Banyak aktivitas yang bisa dilakukan di pasar tradisional, salah satunya untuk berwisata kuliner.

Tidak dimungkiri, pasar tradisional menjadi salah satu rujukan untuk berwisata kuliner, misalnya di Pasar Jebres. Pasar yang terletak di Jl. Prof. Yohanes, Purwodiningratan, Jebres, Solo ini berhadapan langsung dengan Stasiun Solo Jebres.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Dilansir dari surakarta.go.id, pada Kamis (24/8/2023), Stasiun Solo Jebres merupakan bangunan stasiun kereta yang berstatus cagar budaya. Stasiun ini dibangun tahun 1884 oleh Keraton Kasunanan Surakarta melalui perusahaan kereta api Hindia Belanda Staatsspoorwegen (SS).

Saat ini Stasiun Jebres menjadi salah satu stasiun induk untuk transportasi kelas ekonomi dengan tujuan Jakarta dan Surabaya serta sebagai stasiun barang atau kargo ke beberapa kota serta sebagai salah satu stasiun destinasi wisata ke Kota Solo.

Sebagai benda cagar budaya, Stasiun Solo Jebres dapat dimanfaatkan sebagai objek dan daya tarik wisata karena keindahan, keunikan dan keragamannya. Stasiun ini sudah direvitalisasi yang tidak bersifat mengubah, tetapi mengembalikan Stasiun Jebres Surakarta seperti dulu saat masih dikelola Keraton Kasunanan.

Saat Solopos.com mengunjungi Pasar Jebres Solo pada Kamis, kawasan lantai I pasar ini telah sepi pedagang. Namun di lantai II pasar tersebut terlihat lapak kuliner salah satunya terdapat Nomimono Food Factory. Pemilik Nomimono Food Factory, Robbie, 51, menjelaskan banyak penumpang yang turun di Stasiun Jebres, memanfaatkan istirahat untuk berburu kuliner di Pasar Jebres.

Dulunya ia berjualan mulai pukul 09.00 WIB atau 10.00 WIB, namun karena banyaknya penumpang dari stasiun yang kecewa warungnya belum buka ia memutuskan buka lebih pagi. “Akhirnya buka mulai 06.00 WIB dengan menu khusus sarapan,” ujar Robbie saat ditemui Solopos.com, pada Kamis.

Dia awalnya menjual menu-menu pastry dan Jepang seperti aneka kue dan ramen. Kemudian ia menjual menu sarapan salah satunya nasi pecel.  Robbie memilih berjualan di Pasar Jebres sejak dua tahun lalu karena mampu menjual harga lebih murah, mulai dari Rp4.000 hingga Rp15.000.

Selain itu biaya yang ia keluarkan untuk sewa tempat relatif lebih sedikit. Satu kios yang ia sewa senilai Rp16 juta per tahun dan membayar retribusi Rp4.000 per hari. Namun, ia mengaku untuk biaya renovasi kios pasar agar tampak menarik cukup memakan biaya.

Sebelumnya ia sempat berjualan di Pasar Gede Solo dan menyewa kios di Makamhaji, Sukoharjo. Namun terpaksa tutup saat pandemi Covid-19.

Kemudian ia memilih mencoba penawaran di Pasar Jebres. Saat awal-awal berjualan Robbie hanya mengandalkan pesanan online yang datang. Karena belum banyak orang yang mengetahui adanya kuliner di pasar tradisional.

Kemudian ia menggunakan jasa endorse influencer di media sosial. Setelah banyak dikenal, banyak food vlogger yang ikut membagikan kuliner di Pasar Jebres Solo.

Dalam sehari rata-rata ada puluhan orang yang datang ke kiosnya. Pembeli akan melonjak saat akhir pekan. Momen akhir tahun dan Lebaran juga momen-momen membeludaknya pengunjung.

Menurut Robbie tempat favorit pengunjung adalah kursi dengan view Stasiun Jebres Solo. “Pasar Jebres di lantai I memang pasar pagi, jadi malam hingga jam 06.00 WIB pagi. Kemudian selanjutnya di lantai II ramai pengunjung,” tambah Robbie.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya