SOLOPOS.COM - Lokasi Pasar Bahulak, Desa Karungan, Kecamatan Plupuh, Sragen. (Istimewa/Pemdes Karungan)

Solopos.com, SRAGEN – Pasar Bahulak dibangun dengan semangat gotong royong dan solidaritas yang kuat di kalangan warga Desa Karungan, Kecamatan Plupuh, Sragen. Pembukaan pasar yang menjajakkan aneka makanan tradisional itu merupakan sebuah ikhtiar untuk membangkitkan geliat UMKM saat dan setelah pandemi Covid-19 melanda.

Datangnya Pandemi Covid-19 telah memengaruhi sendi-sendi kehidupan. Tidak sedikit usaha warga yang gulung tikar karena tak mampu bertahan di tengah hantaman pandemi.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Sebagai bentuk ikhtiar membangkitkan perekonomian pada saat dan setelah pandemi, Pemdes Karungan, Kecamatan Plupuh, Sragen, membuka Pasar Bahulak pada pertengahan 2020 lalu, tepat saat pandemi Covid-19 melanda. Pada awalnya, Pasar Bahulak dibuka dengan memberlakukan protokol kesehatan secara ketat untuk mencegah penularan Covid-19.

Pasar ini berlokasi di tanah kas desa di Dukuh Sawahan seluas sekitar 4 hektare yang sebelumnya tidak terawat bahkan jarang dijamah warga. Selama bertahun-tahun, tanah kas desa itu tidak dikelola dengan baik oleh perangkat desa setempat.

Lahan itu dinilai kurang cocok untuk usaha pertanian. Lantaran dikelola kurang tepat, tanah kas desa itu malah terkesan kumuh. Atas dasar itu, tanah kas tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai lokasi pemberdayaan masyarakat, salah satunya sebagai lokasi berdirinya Pasar Bahulak.

Pasar yang khusus menjajakkan aneka kuliner atau jajanan tradisional itu pada awalnya digelar setiap selapanan atau 35 hari sekali. Tingginya antusias warga terhadap pasar ini membuat Pemdes Karungan membuka Pasar Bahulak sekali dalam dua pekan, tepatnya pada Minggu pagi.

Ratusan bahkan ribuan warga datang silih berganti meramaikan Pasar Bahulak. Terdapat puluhan pedagang di Pasar Bahulak, baik itu pedagang kuliner maupun pedagang suvenir. Perputaran uang di Pasar Bahulak di kisaran Rp30 juta hingga Rp50 juta setiap kali digelar.

Pada 2022 lalu, Desa Karungan masuk 40 besar Desa Brilian di wilayah Kantor Wilayah BRI Yogyakarta. Desa Brilian merupakan program pemberdayaan desa yang bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa melalui implementasi praktik kepemimpinan desa yang unggul dan semangat kolaborasi. Program ini bertujuan mengoptimalkan potensi desa berbasis sustainable development goals (SDGs).

Desa–desa yang tergabung dalam program Desa Brilian diharapkan menjadi sumber inspirasi kemajuan desa yang dapat direplikasi atau diimplementasikan di desa-desa lainnya. “Kami dapat hadiah Rp10 juta dari program Desa Brilian. Dana itu kami pergunakan untuk memperbaiki tanggul dan jembatan yang dipakai untuk akses pengunjung di Pasar Bahulak,” jelas Kepala Desa Karungan, Joko Sunarso, saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (11/5/2023).

Dalam rilis yang diterima Solopos.com, Direktur Bisnis Mikro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) TBK, Supari, menjelaskan Program Desa Brilian merupakan salah satu partisipasi Bank BRI dalam membangun Indonesia. Menurutnya, peran BRI tidak terbatas pada fungsi financial Intermediary tetapi juga memiliki fungsi dalam pemberdayaan (empowerment) bagi UMKM dan juga perekonomian Desa.

Joko Sunarso mengakui masuknya Desa Karungan dalam 40 besar Desa Brilian menjadi prestasi tersendiri. Melalui program ini, BRI mengajak perangkat desa, pengurus BUMDes hingga pelaku UMKM untuk membangun mindset dalam membangun desa. Dia mengakui masing-masing komponen itu tidak bisa bekerja sendiri. Mereka harus bergotong royong dalam membangun desa melalui berbagai kegiatan. Salah satunya melalui pemberdayaan pelaku UMKM di Pasar Bahulak.

Bahulak sendiri berasal dari kata baheula yang berarti kuno. Sesuai namanya, pelaku UMKM di Pasar Bahulak sebagian besar merupakan pedagang kuliner tradisional atau pedagang yang menjajakan aneka kuliner lawas atau kuno. Oleh karenanya, Pasar Bahulak cocok bagi bagi pengunjung yang ingin bernostalgia menikmati kuliner kuno.

Beberapa kuliner tradisional yang bisa dinikmati di Pasar Bahulak antara lain sega ketingan, sega loyang, wedang gemblung, pecel gendar, plencing, dan lain-lain. Namun, kuliner yang cukup digemari di Pasar Bahulak adalah wedang gemblung. Wedang gemblung itu terbuat dari ramuan susu, jahe, lombok. Sementara sega ketingan itu isinya nasi, gudangan, gereh bakar dan irisan telur.

Joko Sunarso mengaku para pelaku UMKM di Desa Karungan sebagian sudah berusaha memasarkan produk mereka secara digital kendati masih cukup terbatas. Umumnya, mereka mempromosikan produk UMKM itu melalui story WhatsApp (WA) atau melalui komunitas di Facebook. “Ke depan, kami akan menggelar pelatihan yang bisa diikuti para pelaku UMKM. Sebenarnya kami memiliki banyak potensi. Contonya, di sini ada banyak bahan baku bambu. Tapi, masyarakat sini belum yakin dengan potensi aneka kerajinan dari bahan bambu. Ada banyak kerajinan yang bisa dibuat dari bahan bambu. Oleh karenanya, perlu ada pelatihan supaya ada nilai ekonomis dari sebuah bambu,” jelas Joko Sunarso.

Untuk mendukung tumbuh kembang UMKM, Pemerintah Desa (Pemdes) Karungan juga berusaha menyediakan fasilitas jaringan wifi di masing-masing RT. Saat ini baru tersedia 88 jaringan wifi yang terpasang di rumah-rumah warga. Pemasangan jaringan wifi itu gratis atau tidak dipungut biaya. Warga hanya perlu membayar Rp125.000 tiap bulannya. “Fasilitas wifi ini bisa dipakai untuk menunjang pembelajaran anak sekolah. Tapi, ke depan harapannya bisa dimanfaatkan warga untuk menunjang promosi produk UMKM melalui media online atau marketplace,” papar Joko Sunarso.

Sejumlah tokoh masyarakat seperti Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati hingga anggota DPR RI, Luluk Nur Hamidah, sempat mengunjungi Pasar Bahulak. Luluk menyebut Pasar Bahulak sebagai kekuatan ekonomi yang bangkit di masa pandemi.

Menurutnya, Pasar Bahulak dibangun dengan semangat gotong royong dan solidaritas yang kuat di kalangan masyarakat setempat. Semangat itulah yang tidak terlihat dalam konsep ekonomi liberal kapitalis.

“Kita tidak menolak kapitalisme, tapi di sini ada humanisme. Inilah ekonomi Pancasila. Perekonomian dibangun berdasar gotong royong yang jadi roh kehidupan. Gotong royong ini sudah dilakukan sekian ratus tahun dan jadi roh kehidupan di lingkungan masyarakat kita,” papar legislator dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini saat mengunjungi Pasar Bahulak beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya