SOLOPOS.COM - Panen jagung di Kelurahan Biyonga, Limboto, Gorontalo. (Istimewa)

Solopos.com, GORONTALO — Petani jagung di Kelurahan Biyonga, Limboto, Gorontalo, meraih pendapatan dua hingga lima kali lipat dibandingkan biasanya setelah menggunakan pupuk organik.

Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel mengaku bersyukur serta berterima kasih kepada para petani dan tim pendamping yang berhasil melakukan implementasi pemupukan terpadu dengan pupuk organik untuk tanaman jagung.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

“Hasilnya dua hingga lima kali lipat dibandingkan dengan pupuk kimia biasa. Ini akan menyemangati petani, membuat petani lebih sejahtera dan juga sangat mendukung kedaulatan pangan bagi Indonesia,” katanya dalam siaran pers yang diterima Solopos.com, Senin (13/2/2023).

Apresiasi itu ia sampaikan karena sehari sebelumnya ia mendapat laporan tentang keberhasilan pertanian jagung di lahan demplot di Kelurahan Biyonga, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Rachmat Gobel tak bisa hadir karena ada acara di Jakarta.

Panen bersama itu dipimpin oleh Rustam Akili, staf khusus Rachmat Gobel yang juga ketua Tim Ketahanan Pangan Rakyat Gorontalo (TKP-RG). Tim ini merupakan hasil kolaborasi Universitas Gorontalo, Pemuda Tani, dan PT Seruniandal Citra Mandiri yang menjadi produsen pupuk organik dari Bandung.

Panen bersama itu juga dihadiri Kepala Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo Mulyadi D Mario, Sekretaris DPW Nasdem Gorontalo Ridwan Monoarfa, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Gorontalo Roman Nasaru, Wakil Ketua DPRD Gorontalo Utara Roni Imran, Rektor UG Sofyan Abdullah, Ketua Kelompok Tani Biyonga Sutarjo Abdul, dan Agus Mukhlison dari Seruniandal.

Panen jagung ini merupakan kelanjutan panen padi yang dilakukan sebulan sebelumnya, yang hasilnya dua kali lipat dari panen padi dengan pupuk kimia biasa.

Ketua Kelompok Tani Biyonga, Sutarjo Abdullah, mengatakan, panen terakhir di desa ini hanya menghasilkan dua ton per hektare. Pernah suatu waktu bisa menghasilkan lima ton per hektare. “Tapi kali ini hasilnya jauh meningkat.”

Berdasarkan hasil penimbangan, panen menghasilkan 8,75 ton per hektare untuk metode Baris Ganda (BG) Kembar. Sedangkan dengan metode biasa menghasilkan 10,125 ton per hektare.

“Mestinya metode BG Kembar menghasilkan lebih banyak. Tapi sebagian tanaman jagung terendam banjir sehingga banyak yang mati,” kata Agus Mukhlison, dari PT Seruniandal.
Metode biasa adalah menanam jagung dengan jarak tanam 25 cm dan jarak antarlajur juga 25 cm. Sedangkan metode BG Kembar adalah jarak tanam 10 cm namun jarak antarlajur 30 cm.

“Jadi pada metode BG Kembar ada lebih banyak batang pohon jagung per hektarnya dibandingkan dengan metode biasa. Karena itu mestinya hasilnya lebih banyak, namun itu tadi, kena banjir,” kata Agus.

Agus juga menjelaskan faktor penyebab hasil panen jagung dengan pupuk yang mereka produksi menjadi lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia biasa.

Pertama, per batang pohon menghasilkan dua tongkol jagung. Sedangkan dengan pupuk biasa umumnya hanya menghasilkan satu tongkol jagung. Kedua, dua tongkol jagung dari satu batang pohon itu sama besarnya dan sama kualitasnya.

Sedangkan jika dengan pupuk biasa jika pun menghasilkan dua tongkol jagung maka tongkol kedua akan lebih kecil. Ketiga, biji jagungnya lebih padat dan lebih rapat daripada biji jagung dengan pupuk biasa. “Tiga faktor ini yang membuat hasilnya menjadi berlipat-lipat,” katanya.

Gobel mengatakan akan terus melakukan berbagai inovasi di sektor pertanian di Gorontalo. “Ini tidak lain agar petani Gorontalo lebih maju dan lebih sejahtera. Selain itu agar Indonesia bisa berdaulat di bidang pangan,” kata dia.

“Salah satu faktor generasi muda tak mau menjadi petani karena bertani identik dengan kemiskinan. Ini karena produktivitasnya rendah. Jadi kita harus terus berinovasi untuk menghasilkan produk berkualitas dan dengan produktivitas yang tinggi. Masyarakat kita sangat rasional,” katanya.

Selain itu, kata Gobel, Gorontalo adalah salah satu provinsi termiskin di Indonesia, yaitu urutan keenam. Sedangkan sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani dan nelayan.

“Ke depan, harus ada industri berbasis pertanian dan perikanan di Gorontalo. Ini yang sedang saya coba lakukan dengan membangun Kawasan Ekonomi Khusus Pangan Halal di Gorontalo. Pembangunan industri ini agar serapan terhadap produk pertanian dan perikanan tinggi dengan nilai tambah yang tinggi pula,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya