SOLOPOS.COM - Ilustrasi Sepatu Adidas. (Istimewa).

Solopos.com, SRAGEN — Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DPC Sragen, Suparno, mengatakan pabrik sepatu dengan merek ternama, Adidas akan melakukan ekspansi di Sragen dengan luas lahan yang dibutuhkan mencapai 30 hektar.

“Baru pembebasan tanah, kami arahkan di lokasi yang memang sudah diperuntukkan untuk industri. Nanti [pabrik baru Adidas] bisa menyerap kurang lebih 20.000 tenaga kerja, sekarang penyerapan tenaga kerja satu pabrik baru bisa 1500-1600, kalau bisa lebih banyak tentunya meningkatkan perekonomian masyarakat,” papar Suparno kepada Solopos.com via sambungan telepon, Selasa (20/6/2023).

Promosi Telkom Dukung Pemulihan 82,1 Hektare Lahan Kritis melalui Reboisasi

Tidak hanya pabrik sepatu Adidas, Suparno menuturkan masih ada dua pabrik garmen lain yang akan masuk ke Sragen tepatnya di Kecamatan Sambungmacan dan Masaran.

Menurutnya, Sragen memang sudah seksi untuk pengembangan industri karena upah yang murah mendukung investor membuka pabrik di Bumi Soekowati.

Suparno menambahkan, masih ada beberapa investasi skala kecil juga masuk ke Sragen tetapi dia tidak begitu hapal dari mana saja.

Menurut Suparno, pemetaan kawasan industri di Sragen sudah sesuai. Dia juga berharap ekosistem serikat pekerja di Sragen akan semakin tumbuh setelah jumlah pabrik dan investasi bertambah.

Dia berpendapat, setelah ekosistem sudah terbentuk maka perekonomian meningkat dan upah buruh bisa ikut meningkat.

Ketua Serikat Buruh Sejahtera Independen ’92, Endang Setiowati berharap setelah banyak investasi padat karya yang menarik tenaga kerja,  hak dan kesejahteraan seluruh buruh tetap diberikan sebelum diminta oleh para buruh.

“Menurut saya terbentuknya kawasan industri belum secara otomatis menguatkan serikat buruh. Selama SDM buruh masih rendah, tidak dapat dipastikan ada alat ukur kekuatan buruh yang signifikan. Buruh biasanya akan menguat dan bersekutu jika muncul kezaliman dengan isu bersama,” papar Endang kepada Solopos.com, Selasa.

Dia memberi contoh lemahnya serikat buruh di Kabupaten Boyolali meskipun kawasan industrinya sudah terbentuk. Menurut Endang, serikat buruh menjadi lemah karena kesadaran mereka yang kecil atas aturan ketenagakerjaan yang tidak memihak kaum pekerja.

Sikap pasrah dan nrimo ing pandum pekerja Soloraya juga dia sayangkan karena jika para buruh terus-terusan mempertahankan sikap tersebut, investor juga dengan mudah berbondong-bondong pindah ke Soloraya membuka usaha dengan aturan semau mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya