Bisnis
Jumat, 18 Agustus 2023 - 21:19 WIB

Optimistis Hadapi Ancaman Fenomena El Nino, Ini Upaya Petani Soloraya

Galih Aprilia Wibowo  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pertanian. (JIBI/Dok).

Solopos.com, SOLO — Petani di Soloraya mengaku optimistis menghadapi ancaman kemarau panjang atau Fenomena El Nino pada Agustus hingga September 2023.

Dalam siaran pers Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada laman bmkg.go.id, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawari menyebut pertanian merupakan sektor yang mengalami dampak paling serius akibat perubahan iklim.

Advertisement

Perubahan pola curah hujan dan kenaikan suhu udara, kata Dwikorita, menyebabkan produksi pertanian menurun secara signifikan.

Kejadian iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan menyebabkan tanaman yang mengalami gagal panen atau puso semakin luas.

Advertisement

Kejadian iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan menyebabkan tanaman yang mengalami gagal panen atau puso semakin luas.

Dwikorita menyampaikan, sebagai ujung tombak pertanian, maka petani harus memiliki bekal ilmu pengetahuan untuk dapat memahami fenomena cuaca dan iklim beserta perubahannya.

Ancaman tersebut juga diantisipasi oleh para petani di Soloraya. Salah satunya diungkapkan oleh Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Wonogiri, Dwi Sartono saat dihubungi Solopos.com, Jumat (18/8/2023).

Advertisement

Selain itu, menurut Dwi, para petani masih enggan untuk menggunakan asuransi pertanian karena kurangnya sosialisasi yang diberikan.

Menurutnya dengan diversifikasi tanaman yang dibudidayakan petani mampu menjaga penghasilan petani ditengah risiko El Nino.

Dengan adanya risiko kekeringan karena El Nino, lanjut Dwi, potensi tanaman dengan kebutuhan sumber daya air juga patut dilirik.

Advertisement

Misalnya tanaman cabai, bawang, terong, sawi, labu madu, tomat, dan lainnya. Dwi juga menjelaskan lebih cenderung menyarankan petani untuk menanam banyak ragam tanaman dibandingkan menerka ancaman gagal panen.

“Untuk menghadapi masalah cuaca El Nino ini terus sembari juga melihat opsi pertanian itu tidak hanya pangan. Ada opsi lain, misalnya hortikultura,” papar Dwi.

Dwi menyebut dengan upaya diversifikasi tanaman mampu menjaga kelangsungan ekonomi bagi para petani.

Advertisement

Saat ini, beberapa harga beberapa komoditas sudah cukup tinggi. Misalnya cabai, pada bulan lalu ia menjual ke pengepul masih seharga Rp15.000 hingga Rp18.000 per kilogram. Belum lama ini, ia menjual cabai di angka Rp42.000 per kilogram.

Salah satu petani di Sragen, Sukrisno menyebut saat ini dampak El Nino di lahan persawahannya belum terasa.

Saluran irigasi untuk pengairan tanaman padi menggunakan air dari waduk bukan sawah tadah hujan. Oleh karena itu, masalah kekeringan akibat El Nino belum menjadi masalah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif