SOLOPOS.COM - Ilustrasi obat (www.freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Bukan hanya di sektor ekonomi, optimisme juga muncul di sektor kesehatan pascapandemi Covid-19. Penanganan kesehatan masyarakat di masa pandemi Covid-19 lalu di Indonesia dinilai sangat baik dan menjadi modal besar untuk penguatan pembangunan kesehatan ke depan.

Direktur RS PKU Muhammadiyah Surakarta, dr. Mardiyatmo Sp.RAD., mengatakan pihaknya sangat menghargai dan bangga atas apa yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Jawa Tengah (Jateng) yang telah menanggulangi Covid-19 hingga mendapatkan hasil seperti saat ini.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Dengan kebijakan dan langkah penanganan yang dilakukan di sektor hulu yakni pemerintah, menjadikan penanganan di sektor hilir seperti di rumah sakit menajadi lebih ringan. Menurutnya kondisi saat ini akan menjadi modal positif untuk kesehatan nasional ke depan.

“Banyak orang mengatakan bahwa tahun 2023 ini akan gelap. Tapi ada juga yang optimistis jika masih ada celah. Saya [termasuk orang yang] melihat celah itu. Saya justru melihat pada 2023 ini terang benderang,” kata dia dalam Webinar dengan tema Tantangan dan Mitigasi Kesehatan 2023, yang digelar Solopos Media Group (SMG), didukung oleh Epson, Taman Rekreasi Saloka, Prima Food, Phapros dan PT BTJ Farma, Selasa (14/2/2023).

Dia mengatakan saat ini di rumah sakit yang dia kelola sudah hampir tidak ada kasus Covid-19. Saat ini di PKU Rumah Sakit Muhammadiyah Surakarta tinggal menyisakan beberapa tempat tidur untuk pasien Covid-19. Namun itu pun hingga saat ini kosong.

“Jadi kalau pendapat saya, pandemi sudah berakhir, tinggal melihat ke depan, kita berada di posisi terang benderang,” kata dia pada acara yang disiarkan di Youtube Espos Live tersebut.

Sementara itu Marketing Director PT BTJ Farma, Iwan Octaviano, menyampaikan di 2023 ini untuk industri farmasi akan lebih optimistis tumbuh. Sebab menurutnya saat ini masyarakat Indonesia sudah tidak setakut dulu saat pandemi untuk datang ke fasilitas kesehatan atau faskes.

Meski begitu, optimisme tersebut tidak semata-mata berbicara pada sisi bisnis. Menurutnya di industri farmasi, termasuk PT BJT Farma, juga berharap besar untuk terus berkontribusi pada upaya penyehatan masyarakat.

Industri kesehatan dalam hal ini industri farmasi juga turut menyikapi pergeseran prioritas di kebijakan pemerintah. Dimana saat ini tidak lagi hanya fokus ke penanganan pandemi. Menurutnya perusahaan farmasi juga akan terus dan harus seiring dengan kebijakan pemerintah.

“Kalau kita lihat tren, pandemi mengajarkan kita, bahwa kalau sebelumnya upaya pengobatan adalah kuratif, sekarang lebih diimbangi dengan upaya preventif,” kata dia.

Sedangkan jika berbicara mengenai kinerja industri farmasi, diberitakan, omzet perusahaan farmasi di Indonesia pada 2021 menyentuh angka Rp90 triliun-Rp95 triliun per tahun. Menurutnya capaian itu dihasilkan dari sekitar 220 perusahaan farmasi yang ada di Indonesia.

“Kemudian kalau dilihat di 2022 per Juli, disampaikan Menkes, potensi industri farmasi di Indonesia potensinya meraup pendapatan sekitar USD 32 miliar atau sekitar Rp400 triliun per tahun,” lanjut dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya