Bisnis
Jumat, 29 Oktober 2021 - 16:56 WIB

OJK Sebut Kebocoran Data Bikin Perbankan Rugi hingga Rp246,5 Miliar

Akbar Evandio  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi mengakses situs gelap. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA – Serangan siber menimbulkan kerugian bagi sektor perbankan, khususnya bank umum di Indonesia rugi hingga Rp 246,5 miliar.

Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mohamad Miftah mengatakan, terdapat potensi loss bank umum sebesar Rp208,5 miliar serta recovery Rp302,5 miliar. Bahkan bukan hanya bank, tetapi nasabah juga mengalami kerugian serupa hingga mencapai Rp11,8 miliar.

Advertisement

“Kerugian yang dialami nasabah Rp 11,8 miliar, potential loss [kerugian] Rp4,5 miliar dan recovery Rp8,2 miliar,” katanya, dalam diskusi online Pentingnya Keamanan Siber Untuk Ekonomi Digital Indonesia, seperti dilansir Bisnis.com, Kamis (28/10/2021).

Lebih lanjut, dia menambahkan pandemi memang menjadi berkat untuk transformasi digital. Namun di sisi lain juga ada celah keamanan pada siber.

Advertisement

Lebih lanjut, dia menambahkan pandemi memang menjadi berkat untuk transformasi digital. Namun di sisi lain juga ada celah keamanan pada siber.

Baca Juga: Garuda Dipercaya untuk Tugas Luar Negeri Pertama Presiden Saat Pandemi

Miftah mengatakan pada keamanan siber terdapat penerapan two factor authentication. Namun, gerbang pertahanan terakhir seperti OTP juga bisa dipegang oleh pelaku tindakan siber.

Advertisement

Dia melanjutkan, pada Selasa (26/10/2021) OJK baru saja dirilis blue print transformasi digital perbankan yang memuat ketentuan terkait dengan risiko siber. Namun, Miftah mengatakan dari blue print itu akan ditindaklanjuti lagi.

Yakni bank harus menerapkan keamanan sebagai mitigasi soal keamanan siber. “Mitigasi bank harus menerapkan keamanan informasi teknologi yang memadai. Sistem aplikasi cegah kebocoran data,” katanya.

Baca Juga: Inilah Tarif Tes PCR Terbaru Bandara dan Sejumlah Maskapai

Advertisement

Dampak WFH

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menilai peningkatan serangan siber, salah satunya di sektor keuangan, terjadi karena banyaknya kegiatan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) dilakukan tanpa proteksi yang memadai.

Direktorat Keamanan Siber dan Sandi Keuangan, Perdagangan, dan Pariwisata BSSN Mawidyanto Agustian menyebutkan, sektor keuangan terus digempur oleh serangan siber, khususnya serangan ransomware, phishing, dan lainnya.

Menurutnya, serangan siber ke sektor keuangan ini meningkat karena banyak orang yang bekerja dari rumah sehingga mengakses jaringan kantornya dari rumah, dengan perlindungan yang kurang diwaspadai.

Advertisement

Baca Juga: Peserta BP Jamsostek Bisa Dapat KPR BTN hingga Rp500 Juta, Ini Caranya

“Banyak yang kerja dari rumah, jadi mereka bisa mengakses jaringan kantor. Bisa saja itu tanpa proteksi, yang kemudian jadi celah untuk serangan siber,” kata dalam acara diskusi virtual, Kamis (28/10/2021).

Berdasarkan data BSSN mencatat terdapat 888.711.736 serangan siber melanda Indonesia sepanjang Januari-Agustus 2021.

Adapun, serangan siber yang melanda Indonesia lebih banyak dalam bentuk malware, denial service atau aktivitas yang mengganggu ketersediaan layanan hingga trojan activity.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif