Bisnis
Rabu, 29 November 2023 - 22:02 WIB

OJK Dorong Perusahaan di Soloraya Cari Dana Melalui IPO, Ini Manfaatnya

Galih Aprilia Wibowo  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Direktur Perizinan Emiten dan Perusahaan Publik OJK, Kunwidarto (dengan microphone) memaparkan materi Dalam acara Sosialisasi dan Edukasi Pasar Modal Terpadu 2023 bertajuk Sosialisasi Pasar Modal Sebagai Alternatif Sumber Pendanaan Perusahaan, di Ballroom Kantor OJK Solo, pada Rabu (29/11/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong perusahaan daerah untuk memanfaatkan pasar modal sebagai sumber alternatif pendanaan. Selain itu perusahaan daerah di Soloraya juga didukung untuk go public atau dikenal dengan initial public offering (IPO).

Sebanyak 100 perusahaan dari Soloraya mengikuti acara Sosialisasi dan Edukasi Pasar Modal Terpadu 2023 bertajuk Sosialisasi Pasar Modal Sebagai Alternatif Sumber Pendanaan Perusahaan, di Ballroom Kantor OJK Solo, pada Rabu (29/11/2023). Kepala Departemen Perizinan Pasar Modal OJK, Luthfy Zain Fuady, mendorong perusahaan untuk bertransformasi dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka.

Advertisement

Luthfy menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih relatif tinggi di tengah ketidakpastian ekonomi global. Kendati demikian, tercatat defisit sebesar Rp598 triliun dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2023. Selain penerimaan dari negara, partisipasi swasta juga sangat diperlukan.

Sedikitnya 41 Proyek Prioritas Strategis Jangka Menengah Nasional pada 2020-2024, misalnya untuk pembangunan industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, otomotif, elektronik, kimia dan farmasi yang membutuhkan Rp245 triliun. Sementara itu, negara hanya menyokong sebanyak Rp13 triliun atau 5,2%. Selebihnya didukung oleh sektor korporasi, baik dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta murni.

Advertisement

Sedikitnya 41 Proyek Prioritas Strategis Jangka Menengah Nasional pada 2020-2024, misalnya untuk pembangunan industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, otomotif, elektronik, kimia dan farmasi yang membutuhkan Rp245 triliun. Sementara itu, negara hanya menyokong sebanyak Rp13 triliun atau 5,2%. Selebihnya didukung oleh sektor korporasi, baik dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta murni.

“Betapa terbatasnya APBN kita dalam membangun perekonomian Indonesia. Peran swasta sangat diharapkan,” ujar dia.

Melihat kondisi tersebut, maka pasar modal menjadi hal yang sangat potensial dan bisa menjadi alternative utama untuk menutup gap kebutuhan pembiayaan pembangunan yg diharapkan dari sector swasta/dunia usaha. Dengan go public, perusahaan bisa mencari dana melalui pasar modal untuk pengembangan usaha. Dalam hal ini, OJK, Bursa Efek Indonesia (BEI), dan lembaga penunjung lainnya akan membantu mekanisme perusahaan untuk go public. Luthfy menjelaskan variasi dan model pembiayaan sangat bervariasi.

Advertisement

“Artinya ada keleluasaan untuk mengelola keuangan dari sisi perusahaan. Selain itu perpajakan juga memberikan intensif, ada tarif diskon pajak yang menarik,” tambah dia.

Dari sisi internal pendiri perusahaan, ketika ahli waris tidak tertarik melanjutkan usaha dan usahanya terhenti. Dengan bukti kepemilikan dalam berupa saham, hal ini bisa dihindari, pewaris masih punya posisi kepemilikan perusahaan tersebut.

Direktur Perizinan Emiten dan Perusahaan Publik OJK, Kunwidarto menjelaskan pasar modal mempertemukan pihak yang membutuhkan dana jangka panjang dengan pihak yang membutuhkan sarana investasi produk keuangan. Baik saham, obligasi, reksadana, dan lain-lain.

Advertisement

Salah satu instrumen investasi adalah sukuk. Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak terpisahkan atas aset yang mendasarinya. Instrumen sumber pendanaan berbasisi syariah ini bukan merupakan instrumen utang.

Dalam kesempatan yang sama Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik menguraikan Indonesia saat ini tengah dilirik oleh investor dunia di samping India. Jeffrey menguraikan ada 901 perusahaan yang sudah mencatatan saham di BEI.

Sebanyak 126 perusahaan yang telah menerbitkan obligasi dan sukuk. Serta 77 perusahaan baru pada tahun ini telah mencatatkan sahamnya di 2023 ini. Di sisi lain, saat ini terdapat 11,9 juta investor di pasar modal Indonesia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif