SOLOPOS.COM - Ilustrasi keuangan. (Freepic.com).

Solopos.com, SOLO — Beberapa warga Solo yang berinvestasi melalui surat utang negara atau obligasi masih akan melanjutkan investasi mereka meskipun keuntungan yang diterima kecil.

Sementara, dikutip dari Bisnis.com, penerbitan surat utang negara secara nasional pada semester pertama 2023 ini jumlahnya lebih rendah 37% dibanding periode sama pada 2022 lalu.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Pada 2023 ini merupakan fase penurunan penerbitan surat utang dalam siklus lima tahunan, salah satunya disebabkan rencana Pemilu 2024.

Masyarakat Solo yang berinvestasi tersebut menilai obligasi aman dengan hasil yang jelas. Namun, tak bisa dipungkiri beberapa juga mulai melirik jenis investasi lain seperti emas ataupun reksa dana.

Salah satu warga Solo yang memiliki obligasi adalah Djonie Aleksander, 55, asal Purwosari. Ia baru saja mendapatkan imbal hasil investasi Surat Berharga Negara (SBN) pada awal Juli.

Setelah mendapat keuntungan, ia langsung kembali berinvestasi di Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI023.

“Setelah ada pencairan obligasi ORI017 saya langsung beli lagi ORI023 yang dikeluarkan pas awal Juli kemarin. Nominalnya sama, jumlahnya sama seperti waktu investasi di ORI017 ditambah dengan imbal hasil investasinya total sekitar Rp450 juta,” ungkapnya saat dihubungi Solopos.com, Kamis (20/7/2023).

Ia mengatakan, obligasi terutama dari negara masih sangat aman meskipun secara keuntungan imbal hasil tahun ini masih lebih kecil dibandingkan tahun lalu.

Djonie menyebut obligasi masih menguntungkan dibandingkan berinvestasi deposito yang memiliki persentase keuntungan lebih kecil.

“Dibandingkan berinvestasi deposito sekarang lebih enggak menjanjikan, sedangkan kalau obligasi masih lumayan ada keuntungan lima sampai enam persen per tahunnya. Meskipun memang kalau dibandingkan dengan reksa dana saham memang jauh, pun sekarang persentase imbal hasilnya enggak sebesar beberapa tahun lalu,” ulasnya.

Meski demikian, Djonie mengatakan, masih mempertimbangkan untuk berinvestasi di bidang lain seperti emas atau saham.

“Sekarang mulai main emas karena beberapa waktu terakhir memang banyak yang bilang lebih menguntungkan karena kondisi ekonomi dan suku bunga bank sentral amerika (The Fed) yang sedang tinggi ditambah ada wacana dedolarisasi.  Selain itu mau coba ke saham tapi waktunya belum ada,” tambahnya.

Senada, warga Banjarsari, Solo, yang juga memiliki obligasi, Febrito, 45, menilai investasi obligasi sat ini sangat menjanjikan meskipun keuntungan yang didapatkan memang kecil.

Ia menjelaskan saat ini banyak pekerja yang memasuki masa pensiun melirik obligasi untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

“Yang main obligasi memang rata-rata penisunan kantor yang setingkan manajer, terus daripada uangnya enggak muter mending diinvestasikan ke obligasi karena low maintanence.  Biasanya juga investasinya di atas Rp100 juta,” jelasnya.

Febrito juga menambahkan, saat ini dirinya masih memiliki beberapa obligasi berbentuk SBN dan obligasi berkelanjutan dari perusahaan swasta. Ia juga mengatakan mulai melirik investasi emas, karena melihat nilai emas yang terus meningkat.

“Saya masih ada obligasi total Rp550 juta dengan tenor pencairan antara dua sampai empat tahunan. Tapi, sekarang sedang mencoba masuk ke investasi emas karena harganya sekarang sedang murah dan secara proyeksi keuntungannya lumayan,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya