Bisnis
Senin, 5 Desember 2022 - 06:14 WIB

Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Menguat, Ini Faktor Pendorongnya

Lorenzo Anugrah Mahardhika  /  Maria Elena  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi akan menguat pada perdagangan, Senin (5/12/2022) hari ini.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya menjelaskan pergerakan nilai tukar rupiah akan fluktuatif pada perdagangan hari ini.

Advertisement

“Meski fluktuatif, rupiah berpeluang ditutup menguat di rentang Rp15.400 – Rp15.470,” jelas Ibrahim dalam risetnya, Minggu (4/12/2022).

Adapun pada perdagangan Jumat (2/12/2022) kemarin, rupiah ditutup naik 137 poin atau 0,88 persen menjadi Rp15.425,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS ditutup terkoreksi 0,17 persen ke level 104,545.

Advertisement

Adapun pada perdagangan Jumat (2/12/2022) kemarin, rupiah ditutup naik 137 poin atau 0,88 persen menjadi Rp15.425,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS ditutup terkoreksi 0,17 persen ke level 104,545.

Ibrahim menuturkan, pergerakan nilai tukar rupiah ditopang oleh pasar yang merespon positif Badan Pusat Statistik (BPS) terhadap rilis data inflasi pada November 2022 mencapai 5,42 persen (YoY).

Baca Juga: Perlu Tahu, Ini Perbedaan Mata Uang Digital dan Kripto

Advertisement

Hasil polling juga memperkirakan inflasi secara tahunan (yoy) akan menembus 5,54 persen pada bulan ini. Sementara itu, inflasi inti diperkirakan merangkak naik menjadi 3,45 persen pada November (yoy) dibandingkan 3,31 persen pada Oktober.

“Pemerintah terus meyakinkan pasar bahwa perekonomian nasional saat ini dalam tren positif dan masih tumbuh kuat. Dengan kemampuan itu, optimisme proses pemulihan ekonomi terus terjaga. Meski begitu, pemerintah perlu tetap waspada terhadap ancaman risiko global,” jelasnya.

Baca Juga: IHSG Diprediksi Lanjutkan Pelemahan, Cermati Saham-Saham Ini

Advertisement

Perincian tren positif ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di atas 5 persen selama 4 triwulan berturut-turut, bahkan pada Triwulan Ketiga 2022 mencapai 5,72 persen (YoY).

Selain itu, inflasi mulai menunjukkan penurunan ke level 5,71 persen (YoY) di bulan Oktober, dan relatif moderat dibandingkan negara-negara lain.

Bank Indonesia juga terus melakukan bauran strategi ekonomi guna untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah serta terus melakukan intervensi besar di pasar valuta asing, obligasi di perdagangan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF).

Advertisement

Walaupun berimbas terhadap menurunnya cadangan devisa, namun langkah BI sudah sesuai dengan regulasi yang bertujuan untuk menahan pelemahan mata uang rupiah akibat kenaikan inflasi global.

Baca Juga: Bakal Jadi Ikon Wisata Lampung, Proyek Bakauheni Harbour City Dikebut

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis nilai tukar rupiah akan stabil, bahkan cenderung menguat ke depan. Dia mengatakan, hal ini sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi indonesia yang diperkirakan tetap kuat dan tahan dari dampak gejolak global pada 2023.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh pada kisaran 4,5 hingga 5,3 persen pada 2023, dengan tingkat inflasi yang terjaga dan kembali pada sasaran target 3–4 persen.

“Nilai tukar rupiah akan stabil, bahkan cenderung menguat sejalan dengan fundamentalnya, demikian juga stabilitas sistem keuangan akan terjaga,” katanya, Jumat (2/5/2022).

Dalam hal ini, Perry menyampaikan bahwa kebijakan moneter BI pada 2023 akan difokuskan pada stabilisasi nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif