SOLOPOS.COM - Pengusaha mebel asal Sukoharjo, Amik Sumiyati, menata produk miliknya di Solo Grand Mall, pada Senin (30/1/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Nilai ekspor Solo pada periode 2012-2022 menunjukkan tren fluktuatif.

Tiga komoditas terbesar penyumbang ekspor pada 2022 yakni mebel kayu sebesar 39,77%, tekstil dan produksi tekstil (TPT) sebesar 20,88 %, serta batik sebesar 14,61%.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Secara umum, ekspor 2020 yang mengalami penurunan 23,83%. Ekspor 2021 terkontraksi sebesar 18,16 %. Sedangkan pada 2022 mengalami peningkatan lebih dari 2 kali lipat dibandingkan pada 2021.

Sementara, sektor perdagangan merupakan sektor yang paling dominan kedua dalam menyusun perekonomian Solo.

Hal ini dapat dilihat dari sumbangan sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 21,77% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Solo pada 2022.

Badan Pusat Statistik Kota Solo dalam publikasi Indikator Eknomi Kota Surakarta 2022 mencatat freight on board (FOB) ekspor atau harga beli yang didapatkan penjual di Solo per 2022 tertinggi yakni mebel kayu sebesar US$22,363 juta

Selanjutnya yakni tekstil dan produk tekstil sebesar US$11,741 juta, ketiga batik sebesar US$8.218 juta, keempat kantong plastik sebesar US$6,369 juta, kelima mebel rotan sebesar US$4,274 juta, terakhir atau produk keenam yakni cerutu sebesar US$1,284.

Pada 2020 lalu ekspor di Solo mengalami kontraksi karena Pandemi Covid-19. Kemudian pada 2021 berangsur naik sebesar 4,01%, meningkat lagi menjadi 6,25% pada 2022.

Peningkatan kinerja ekspor Solo selama ini sangat dipengaruhi oleh perekonomian negara utama tujuan yakni Amerika Serikat dan kawasan Eropa, khususnya Eropa Barat.

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, beberapa negara tujuan ekspor utama Solo yakni Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Inggris, Itali, Kanada, Perancis, Spanyol, China, dan Jepang serta Turki.

Sedangkan komoditas utama ekspor masih didominasi oleh tekstil dan turunannya, mebel, batik, kantong plastik, serta kerajinan kayu/rotan.

Di sisi lain, menurut Badan Pusat Statistik Kota Solo dalam publikasi Indikator Eknomi Kota Surakarta 2022, perkembangan volume dan nilai ekspor Solo secara series ada kurun waktu tertentu sehingga kondisinya perlu dicermati.

Ketika volume barang ekspor naik maka harapannya adalah nilai barang tersebut ikut naik. Sebaliknya, ketika volume barang ekspor turun maka nilai barang ekspor tersebut ikut turun.

Faktanya pada 2014 lalu, volume barang ekspor naik, tetapi nilai barang ekspor tersebut turun. Pada 2015 lalu volume barang ekspor naik lagi, tetapi nilai barangnya turun.

Puncaknya pada 2016 barang ekspornya naik tetapi nilai barang ekspornya turun cukup drastis. Hal ini karena pada 2016 nilai rupiah turun, sehingga akan berpengaruh terhadap nilai barang ekspornya.

Pada 2017 diharapkan menjadi tahun percepatan pemulihan ekonomi domestik kembali menjadi tahun yang penuh tantangan seiring dengan perkembangan global yang masih belum menggembirakan.

Dinamika ekonomi global pada 2017 berkisar pada tiga permasalahan utama yang terjadi sejak 2014, yaitu pertumbuhan ekonomi dunia yang belum kuat, harga komoditas yang masih rendah, dan ketidakpastian pasar keuangan yang tetap tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya