SOLOPOS.COM - Pemilik Ting Clenik, Yuyun Pinongko, 43, menunjukkan aneka produk kerajinan tangan miliknya di Grand Mercure Hotel Solo Baru, pada Senin (8/5/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Karya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berupa kerajinan cangkir lukis buatan warga Kabupaten Boyolali, Yuyun Pinongko, 43, laris manis di berbagai wilayah di Tanah Air.

Selain cangkir lukis, Yuyun juga memproduksi aneka kerajinan tangan yang laku di pasaran.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Awalnya Yuyun bekerja sebagai pegawai hotel. Kemudian ia memutuskan untuk resign pada 2015 untuk menekuni keahliannya dalam bidang fesyen dan aksesori fesyen berbekal ilmu yang dipelajari dari temannya seorang fashion designer.

Produk awal fesyen berupa pakaian dan aneka aksesoris fesyen berupa gelang, kalung, dan lain-lain. Dulu karya Yuyun dipasarkan di pusat perbelanjaan Robinson Solo pada stan khusus UMKM.

Yuyun juga memasarkan produknya secara online melalui Instagram dan Facebook.

Berbekal promosi secara online, banyak pelanggan yang tertarik dengan produk milik Yuyun, namun saat itu banyaknya tawaran membuat ia kewalahan.

Selain promosi secara online, Yuyun juga beberapa kali mengikuti pameran UMKM yang membuat produknya makin berkembang.

Pandemi Covid-19 pada 2020 membuatnya harus memutar otak, karena produk fesyen dan aksesori fesyen yang biasanya ia pasok untuk fashion show bersama fashion designer di Yogyakarta, Surabaya, Solo, Bali, dan Jakarta harus mandek.

Home Decor Cangkir Lukis

Kemudian ia memutuskan mengembangkan produknya pada sektor home decor yaitu cangkir lukis.

“Kepikiran bikin home decor aja akhirnya jatuh ke pilihan ke cangkir lukis, trial tes pasar akhirnya ya lumayan hasilnya diterima oleh pasar sampai sempat. Dapat pesanan untuk suvenir PON di Papua sebanyak 200 buah suvenir,” papar Yuyun saat ditemui Solopos.com di stan produk miliknya di Grand Mercure Hotel Solo Baru, pada Senin (8/5/2023).

Melalui cangkir lukis, muncul tawaran display produk miliknya di beberapa hotel di Solo, misalnya di Novotel, Ibis Solo, The Royal Surakarta Heritage, dan di Grand Mercure Hotel Solo Baru.

Tawaran-tawaran display produk di hotel-hotel tersebut biasanya ia dapat ketika pameran karena melihat produknya yang unik dan mengangkat tema budaya khas Solo, misalnya wayang dan batik.

Ia juga mengiyakan tawaran membuat suvenir cangkir lukis khusus ASEAN PARA Games beberapa waktu lalu

“Kemudian ada kurasi untuk Sarinah seluruh Indonesia, saya ikut kurasi akhirnya ya lolos, Sarinah itu disuruh buka di Thamrin sama Bandara Ngurah Rai Bali, sampai sekarang masih jalan,” tambah Yuyun.

Dibandingkan dengan produk fesyen, pasar home decor punya peluang berkembang yang lebih luas. Namun hingga saat ini ia masih menerima permintaan custom produk fesyen mulai dari model hingga ukuran.

Selain cangkir lukis dan produk fesyen ia juga memproduksi miniatur wayang, boneka kayu, botol minum, hiasan dinding, hiasan meja, baik dengan teknik lukis maupun ukir. Ciri khas dari produknya adalah budaya yang lekat dengan Kota Solo.

“Tidak bisa keluar pakem dari batik, jadi ciri khas kami ya batik, apapun itu ada sentuhan batik Kota Solo,” ujar Yuyun.

Saat ini ia dibantu oleh tiga orang karyawan dalam memenuhi pesanan. Namun ada beberapa produk yang masih ia kerjakan sendiri.

Sementara, mengenai harga produk miliknya juga bervariasi, mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu.

Misalnya untuk aksesori fesyen mulai dari Rp10.000 hingga ratusan ribu rupiah. Sedangkan produk satu set cangkir lukis miliknya dibanderol dengan harga Rp500.000 per set yang berisi dua cangkir beserta tatakan dan tutup, serta teko.

Banyak yang memesan set cangkir lukis untuk hampers, misalnya saat momen Lebaran, Natal, dan tahun baru.

“Pemasarannya seluruh indonesia, karena online, kebanyakan dari luar Solo, misalnya Pangkal Pinang, Kalimantan, Papua, dan ada dari Mataram,” papar Yuyun.

Ia mengaku memasok butik milik orang Indonesia di Amerika Serikat dengan mengirimkan produk tersebut beberapa kali dalam skala satuan.

Karena produk miliknya yang handmade, ia kurang bisa memproduksi secara massal. Cangkir lukis biasanya hanya mampu memproduksi 50 pasang selama sebulan karena membutuhkan ketelitian dalam membuat detail lukisan.



Sementara, untuk suvenir tas ia mampu memproduksi ratusan tas selama sebulan.

Kadangkala ia harus menyesuaikan lukisan sesuai dengan market yang ia miliki, misalnya untuk memasok pelanggan di Bali, ia membuat tema produk yang sesuai dengan budaya di Bali.

Untuk mempertahankan usaha miliknya selama lima tahun ia mengaku harus tetap berinovasi terhadap produk miliknya dan mengedepankan pelayanan yang baik kepada pelanggan.

Sementara itu, untuk bahan baku cangkir yang ia lukis biasanya ia dapat dari pasar sekitar Soloraya.

“Beli yang polosan banyak yang polosan cangkir blirik dan cangkir gunung, cari yang kualitas premium, proses baru kami proses. Catnya berbeda, tidak sembarangan, karena untuk tempat minum,” ujar Yuyun.

Ia mengambil bahan baku di pasar lokal karena untuk mengangkat perekonomian warga sekitarnya, selain itu karyawan yang membantunya juga merupakan warga yang tinggal di wilayahnya sehingga perekonomian mereka mampu tergerak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya