SOLOPOS.COM - Pemilik sabun handmade Arcamana Project, Theresia Alit Kurniawati Unggul Pamungkas, menata produk natural soap miliknya dalam acara Solo Art Market, Jl. Diponegoro, Ngarsapura, pada Minggu (19/2/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Bisnis sabun rumahan atau handmade bisa menjadi salah satu pilihan peluang usaha bagi semua orang yang tertarik mencari pendapatan sampingan.

Potensi pasar dari bisnis sabun handmade, salah satunya dilakoni oleh wanita asal Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Theresia Alit Kurniawati Unggul Pamungkas.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Ia membuat produk sabun alami dengan merek Arcamana Project pada 2021 lalu. Arcamana sendiri berasal dari bahasa Jawa kuno yang mempunyai arti membersihkan diri.

“Awalnya dari pandemi Covid-19, banyak imbauan untuk cuci tangan, waktu itu habis selesai S2 bingung mau ngapain, terus saya kepikiran bikin sabun aja. Karena basic-nya emang crafter, dulunya main di bidang craft itu menjahit, menyulam,” ujar Alit saat ditemui Solopos.com dalam acara Solo Art Market, pada Minggu (19/2/2023).

Ia sebelumnya memang pemakai sabun natural, karena ia merasa lebih cocok dengan kulitnya. Melirik potensi ini, ia kemudian mengikuti kelas formulasi membuat sabun, dan kemudian produk miliknya ia jual secara online dan laku.

Almunnus S1 Sastra Jawa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ini tertarik dengan produk natural atau alami karena saat ia mengambil S2 Kajian Budaya di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, ia mengambil spesialisasi naskah kuno.

“Di naskah kuno banyak sekali bahan alami yang bisa di pakai, misalnya dari daun kelor, binahong, dan secang. Secang biasanya untuk pewarna alami atau untuk wedang uwuh, secang ini kan baunya seperti minyak kayu putih, dan memunculkan ingatan masa kecil saya yang sering dimandikan sama ibu, sama air gege, kalau pada orang-orang spiritual zaman sekarang tren dengan istilah sun water,” papar Alit.

Jadi air gege tersebut adalah air yang dijemur di bawah sinar matahari, pada pagi hari sekitar puku 09.00 WIB hingga 10.00 WIB, kemudian digunakan untuk memandikan anak.

Setelah itu, kemudian dibaluri dengan minyak kayu putih. Dari ingatan inilah ia membuat sabun secang, dengan essensial oil minyak kayu putih.

Alit menguraikan Arcamana yang mempunyai arti membersihkan diri berkaitan dengan membersihkan diri atau sesuci sebelum beribadah yaitu dengan membersihkan muka sebelum beribadah. Konsep tersebut ia bawa dalam sabun.

“Jadi beribadah pada masa modern ini, saya representasikan sebagai bekerja atau beraktivitas. Kerja atau beraktivitas itu ibadah, dengan aktivitas merawat orang lain bisa dibilang beribadah,” terang Alit.

Misalnya dengan aktivitas mandi, setelah mandi badan merasa lebih segar, dan otomatis menjadi lebih bahagia. Ketika bahagia rezeki akan lancar dan banyak kelimpahan.

Dengan membawa konsep alami tentu harga sabun handmade miliknya menjadi lebih mahal dari yang ada di pasaran. Rentang harganya yakni Rp30.000 hingga Rp50.000 per sabun, tergantung jenis dan ukuran.

Saat ini ia belum menjadikan Arcamana Project sebagai sumber utama penghasilan sehari-harinya. Namun ketika dari sabun ini ia mampu menghidupi perekonomian, tentu akan ia prioritaskan ketimbang pekerjaannya sebagai freelancer.

“Harganya lebih mahal, karena jelas tidak pakai banyak bahan kimia, kemudian ekstrasinya betul-betul dari tanaman, bahan alami tersebut berasal dari minyak. Misalnya, minyak kelapa yang menciptakan busa dan bikin padat, olive oil melembutkan, minyak jarak memberi kesan creamy di kulit, memang ada formulasinya masing-masing,” terang Alit.

Untuk warna juga memanfaatkan bahan-bahan alami, seperti daun kelor untuk sabun warna hijau, arang aktif atau charckal untuk sabun warna hitam, kemudian untuk sabun putih ia buat dari buah lerak. Adapun ia memakai pewarna kosmetik untuk salah satu produknya. Dalam satu kali produksi paling tidak ia membutuhkan waktu enam pekan.

Sabun miliknya tahan lama hingga dua tahun, apabila disimpan di tempat dengan sirkulasi udara yang baik dan tidak terpapar sinar matahari secara langsung, serta harus disimpan di tempat yang tidak tergenang air.

“Saya ingin mengenalkan tradisi mandi nusantara, di indonesia banyak banget tradisi mandi yang jarang banget dibicarakan, misalnya sabun secang yang berkaitan dengan mandi air gege tadi. Di bali tradisi ada sesuci atau membersihkan diri, kemudian di Batak Toba ada Tradisi Maranggir,” ujar Alit.

Alit menjelaskan sabun handmade miliknya juga mendukung body postivity.

Ia tidak bisa klaim produk miliknya bisa memutihkan atau mencerahkan seperti artis Korea. Karena menurut Alit, setiap orang punya kemampuan kulit yang berbeda- beda.

“Orang Indonesia memiliki kulit beraneka warna, ada kuning langsat, cokelat, sawo matang, ada teman-teman dari timur warna kulitnya lebih gelap. Jadi kami memang mendukung bahwa setiap individu memiliki keistimewaannya sendiri. Ada series sabun warna-warni namanya Teja Sumirat, teja artinya cahaya, sumirat itu sorot, ini menggambarkan setiap orang memiliki keistimewaan dan warnanya masing-masing, jadi setiap orang itu spesial,” ujar Alit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya