SOLOPOS.COM - Warga mengisi pertamax di Pertashop Tanggan, Gesi, Sragen, secara gratis setelah membeli produk pelumas dari Pertamina, Rabu (22/9/2021). (Solopos.com/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, TANGERANG — PT Pertamina Patra Niaga tengah mengkaji sejumlah opsi untuk meningkatkan daya saing bisnis Pertamina Shop atau Pertashop. Hal ini menyusul laporan ratusan outlet yang merugi akibat disparitas harga Pertamax dan Pertalite sejak April 2022 lalu.

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan mengatakan perseroan telah memetakan sejumlah jalan keluar berkaitan dengan pengaturan selisih harga jual yang wajar antara Pertamax, produk yang dijual Pertashop dengan Pertalite. “Pertashop sendiri kita lagi mencoba untuk mendiskusikan dengan berbagai pihak dan stakeholder untuk dapat memberikan solusi yang terbaik khususnya di harga,” kata Riva saat ditemui selepas EBTKE ConEx 2023, Tangerang, Rabu (12/7/2023).

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Hanya saja, Riva memastikan, perseroannya tidak dapat memberi akses secara langsung kepada Pertashop untuk menjual produk subsidi, seperti Pertalite dan LPG 3 kilogram kepada masyarakat. Namun, dia mengatakan, perseroan bakal membahas permintaan dari pelaku usaha ihwal kemungkinan penjualan produk subsidi nantinya.

“Menjual Pertalite [untuk Pertashop] itu akan dikaji tapi tidak dengan serta merta kita memberikan akses kepada produk subsidi, tapi mungkin akan ada pendekatan-pendekatan lain,” kata dia.  Seperti diberitakan sebelumnya, pengusaha Pertashop Jawa Tengah dan DIY melaporkan terdapat 201 Pertashop dari 448 Pertashop mengalami kerugian signifikan sejak adanya disparitas harga yang lebar antara Pertamax dan Pertalite pada April 2022 lalu.

Ketua Paguyuban Pengusaha Pertashop Jateng dan DIY Gunadi Broto Sudarmo mengatakan, omzet bulanan yang dihimpun pengusaha turun drastis 90 persen selama lebih dari setahun akibat usai harga Pertamax naik menjadi Rp12.500 per liter pada April 2022, sementara harga Pertalite Rp7.650 per liter. “Setelah ada disparitas harga Pertamax dan Pertalite mulai April itu omzet langsung turun drastis, itu di harga [Pertamax] Rp12.500 per liter omzetnya 16.000 liter per bulan, berlanjut ada fluktuasi harga sampai Rp14.500, ada yang Rp13.900 [Pertamax]. Sampai sekarang di harga Rp12.500, omzet Pertashop belum bisa kembali di saat harga Pertamax Rp9.000 dan Pertalite Rp7.650 per liter,” kata Gunadi saat audiensi dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Senin (10/7/2023).

Konsekuensinya, kata Gunadi, ratusan Pertashop akhirnya tutup dan merugi akibat disparitas harga Pertamax dan Pertalite yang kembali berlanjut hingga pertengahan tahun ini. Malahan, dia mengatakan, beberapa pengusaha Pertashop belakangan khawatir atas adanya ancaman aset yang disita lantaran tidak sanggup lagi untuk membayar angusaran perbankan.

“Jumlah Pertashop dengan omzet kurang dari 200 liter per hari itu mencapai 47 persen dari keseluruhan,” kata dia. Dengan demikian, dia meminta pemerintah segera mengimplementasikan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk membatasi pembelian Pertalite yang dianggap berlebihan saat ini.

“Kami ingin segera disahkan revisi Perpres 191 Tahun 2014 karena sampai sekarang belum ada ketentuan mengenai Pertalite ini secara detail, beda dengan produk Solar, Biosolar sudah pasti di sana konsumennya sudah ada tertata,” kata dia. Selain itu, dia meminta parlemen untuk mendorong disparitas harga BBM Pertamax dengan Pertalite maksimal berada di rentang Rp1.500 per liter di semua wilayah Indonesia.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Ratusan Pertashop di Ambang Bangkrut, Pertamina Janji Cari Solusi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya