SOLOPOS.COM - Pelaku UMKM asal Mojosongo, Jebres, Solo, Sri Wahyuni (kiri) saat melayani pembeli di lapak jualannya beberapa waktu lalu. (Solopos.com/Ika Yuniati)

Solopos.com, SOLO — Warga Mojosongo, Jebres, Sri Wahyuni, 44, sepertinya sudah benar-benar jatuh cinta dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Ia menjadi nasabah bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Sejak saat itu, sejumlah layanan BRI telah dia coba. Mulai dari menabung, deposito, hingga mengajukan pinjaman untuk penambahan modal usaha melalui kredit usaha rakyat (KUR) BRI.

Gimana ya Mbak, rasanya mantep gitu kalau dengan BRI,” kata dia saat ditemui Solopos.com, Jumat (1/3/2024).

Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menjual berbagai jenis pakaian batik ini baru saja mengajukan KUR BRI di Mojosongo, Jebres.

Saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat, ia mengatakan proses pengajuan pinjaman modal untuk usaha tersebut tergolong cepat. Jika dikalkulasi, kurang dari sepekan pengajuannya disetujui dan langsung pencairan.

Sepekan lalu, Sri meminjam bantuan permodalan melalui pendanaan KUR. Uang tersebut rencananya dia gunakan untuk pengembangan usaha pakaian batik miliknya.

Apalagi menjelang Lebaran ini pasti banyak yang ingin mencari pakaian baru untuk keluarga. Sehingga ia merasa perlu menambah modal usaha.

“Ya ini mau Lebaran kan, jadi kami pinjam [mengajukan pinjaman ke KUR BRI]. Buat ngembangin usaha jualan,” kata Sri saat ditemui di lapak jualannya di Night Market Ngarsopura, Solo, Jumat.

Selama ini setiap menjelang Lebaran jualannya selalu diserbu banyak pembeli. Oleh karena itu, menurutnya penting untuk menambah stok atau koleksi jualan.

Ia memilih pinjaman modal ke BRI karena berbagai keuntungan yang dirasakan. Salah satunya yakni bunga pinjaman yang tergolong ringan. Kelebihan lainnya yakni BRI tak meminta agunan, sehingga ia sangat diuntungkan.

Tagihan atau cicilan bulanan Sri juga relatif kecil, yakni kurang dari Rp1 juta per bulan dengan jangka waktu selama lima tahun ke depan.

Angka cicilan tersebut menurutnya cukup ringan, apalagi sekarang ini pasar pakaian sedang lesu. “Enaknya lagi di BRI bisa pakai cicilan ringan. Saya milih yang di bawah satu juta ini,” kata Sri lagi.

Selain itu, Sri, mengaku sudah sering mendapatkan banyak manfaat dari Bank BRI. Salah satunya bantuan modal usaha sebesar Rp2,4 juta saat masa Pandemi Covid-19 lalu. Ia senang sekali saat itu. Padahal sebelumnya tak pernah mendaftar program tersebut.

“Saya enggak bikin proposal pengajuan atau apa pun ke BRI, tiba-tiba dapat bantuan Rp2,4 juta,” katanya semringah.

Sri yang memulai usaha jual beli pakaian batik sejak 10 tahun lalu ini tak hanya memanfaatkan pinjaman KUR BRI. Kesetiaannya dengan BRI dia lengkapi dengan rajin bertransaksi dengan BRImo.

Transaksi jualannya di kompleks Night Market Ngarsapura juga menggunakan QRIS BRI atau BRImo BRI.

Baginya pengembangan layanan yang terus dilakukan BRI sangat memudahkan nasabah. Itu juga sebagai bukti BRI terus mengikuti perkembangan digital.

Bahkan dengan menggunakan BRImo, dia semakin banyak menarik pembeli.

Sri juga cukup nyaman dengan transaksi cashless. Sekarang ini tak hanya jualan baju yang menggunakan e-money, saat kulakan pakaian dia juga sering pakai QRIS BRImo.

“Jadinya malah enak, kayak enggak perlu keluar uang. Jual beli pakai QRIS. Yang penting sekarang bawa HP dan kuota Internet,” kelakarnya.

Kemudahan permodalan hingga layanan lainnya BRI juga dirasakan salah satu pengusaha shuttlecock asal Serengan, Solo, Sarno.

Tak kalah dengan Sri, pemilik usaha pembuatan shuttlecock ini juga jadi nasabah langganan dengan bank pelat merah tersebut sejak puluhan tahun lamanya.

Usaha Shuttlecock
Salah satu ruang produksi shuttlecock di kediaman Sarno, Serengan, Solo. Foto diambil beberapa waktu lalu. (Solopos.com/Ika Yuniati)

Saat ditemui pekan lalu, Sarno mengatakan, seingatnya mulai menggunakan layanan permodalan di BRI sejak tahun 80-an. Nilai pinjaman untuk pengembangan usahanya kala itu hanya sebesar Rp1 juta, hingga sekarang mencapai ratusan juta.



Perjalanannya sebagai pengusaha di kompleks pembuatan shuttlecock Solo ini juga kian berkembang hingga memiliki puluhan karyawan. Sarno enggan menjawab jelas saat ditanya soal omzet.

Namun yang pasti, hampir 20-an karyawannya dia gaji cukup besar hingga melebihi upah minimum kabupaten/kota Solo.

BRI Optimistis Salurkan KUR

Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI telah menargetkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp300 triliun pada 2024.

Sebelumnya, berdasarkan rilis kepada Solopos.com, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mendapatkan alokasi KUR terbesar untuk tahun 2024, yakni senilai Rp165 triliun atau tercatat lebih rendah dibandingkan target tahun 2023 sebesar Rp194,4 triliun.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan perseroan berkomitmen untuk dapat memenuhi target tersebut mengingat saat ini BRI sudah memiliki infrastruktur yang memadai serta sumber pertumbuhan baru melalui Ekosistem Ultra Mikro bersama Pegadaian dan PNM.
Pada 2023 lalu, BRI telah menyalurkan KUR senilai Rp163,3 triliun kepada 3,5 juta debitur.

Mayoritas penyaluran KUR BRI disalurkan untuk sektor produksi dengan proporsi mencapai 57,38%.

Supari menambahkan, BRI juga saat ini telah memiliki sumber pertumbuhan baru melalui Holding Ultra Mikro yang diyakini dapat mendorong penyaluran KUR kepada grassroot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya