SOLOPOS.COM - Ilustrasi ekspor crude palm oil (CPO) (Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA–Pemerintah Indonesia memangkas hak ekspor minyak sawit yang mulai berlaku Minggu (1/1/2023).

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Budi Santoso menyatakan pemerintah memangkas jumlah yang dapat diekspor produsen menjadi enam kali dari pemenuhan kebutuhan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO).

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Ketentuan yang berlaku saat ini, rasio kuota hak ekspor produk minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya adalah delapan kali dari DMO CPO dan/atau minyak goreng atau 1:8.

“Perubahan itu akan berlaku mulai 1 Januari 92023,” kata Budi, Sabtu (31/12/2022).

Kebijakan tersebut diambil lantaran pemerintah ingin memastikan pasokan dalam negeri tercukupi selama Ramadan dan liburan Idulfitri pada April 2023.

Hal ini karena produksi akan melemah secara musiman pada kuartal pertama.

Di sisi lain, Indonesia juga akan memberlakukan mandat pencampuran biodiesel yang lebih tinggi pada 2023, yang akan meningkatkan konsumsi minyak sawit dalam negeri.

“Kami tidak ingin pasokan dalam negeri berkurang dan berisiko menaikkan harga lokal,” kata Firman.

Sementara itu, langkah untuk memperketat ekspor tersebut mengangkat harga minyak sawit di pasar berjangka Kuala Lumpur, sebagaimana kebijakan itu akan mendorong Malaysia, eksportir minyak sawit terbesar kedua, untuk meningkatkan pengiriman.

Kontrak berjangka naik 2,2% menjadi ditutup pada 4.178 ringgit (US$949) per ton pada Jumat, level tertinggi dalam sebulan.

Head of Trading and Hedging Strategies Kaleesuwari Intercontinental Gnanasekar Thiagarajan memandang kebijakan terbaru itu akan semakin membatasi pasokan minyak sawit, sebagaimana Indonesia berencana meningkatkan penggunaan minyak sawit untuk biofuel.

Dia pun melihat prospek harga yang lebih tinggi pada kuartal pertama 2023. Meskipun melonjak sekitar 9% pada pekan ini, minyak sawit berjangka membukukan penurunan tahunan pertama dalam 4 tahun.

Harga turun 11% pada 2022, setelah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam 3 tahun sebelumnya, termasuk lonjakan 30% pada 2021 saja.

Dewan Minyak Sawit Malaysia memperkirakan harga rata-rata minyak sawit mentah di Malaysia turun lagi 25% tahun depan karena produksi lokal yang lebih tinggi dan peningkatan ketersediaan minyak nabati utama lainnya.

Berita telah tayang di Bisnis.com Mulai 1 Januari 2023, Kuota Hak Ekspor Minyak Sawit Bakal Dipangkas

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya