SOLOPOS.COM - Rangkaian kereta Light Rail Transit (LRT) terparkir di Depo LRT Jatimulya, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (1/7/2022). (Bisnis/ Eusebio Chrysnamurti).

Solopos.com, JAKARTA —  Dijadwalkan meluncur pada, Jumat (18/8/2023), Proyek Light Rail Transit (LRT) Jabodebek dengan nilai investasi jumbo sebesar Rp32,5 triliun kembali menjadi sorotan publik setelah disebut salah desain.

Dikutip Bisnis.com, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo atau yang akrab disapa Tiko membeberkan sejumlah masalah proyek tersebut ke publik.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Tiko dalam perbincangannya dalam acara InJourney Talks daring, Selasa (1/8/2023), menyebut jembatan lengkung bentang panjang (longspan) yang menghubungkan Gatot Subroto (Gatsu) dan Kuningan salah desain.

Pengamat transportasi yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan, Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno menilai pernyataan Tiko telah melecehkan Komisi Keamanan dan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ), Kementerian PUPR.

Mengingat, setiap konstruksi jembatan seharusnya sudah mendapat rekomendasi dari komisi tersebut. “Tanpa ada rekomendasi dari mereka [KKJTJ] tidak mungkin LRT itu bisa beroperasi,” ujar Djoko saat dihubungi, Rabu (2/8/2023).

Sementara, mengenai kecepatan LRT saat melintasi longspan Gatsu-Kuningan yang dipermasalahkan Tiko, menurut Djoko tidak realistis. Menjadi hal wajar bila kecepatan kendaraan akan dikurangi saat melintasi berbagai tikungan atau belokan.

Sebelumnya, Tiko mengatakan seharusnya jembatan LRT Gatsu-Kuningan itu dibuat lebih lebar agar kereta dapat melaju dengan optimal.

Tiko menyebut konstruksi jembatan saat ini menyebabkan LRT harus berbelok dengan kecepatan yang rendah sekitar 20 kilometer per jam saat melewati jembatan.

Djoko mengatakan seharusnya proyek LRT Jabodebek mendapat dukungan dari berbagai pihak, mengingat proyek transportasi publik modern ini menjadi yang pertama dikerjakan sendiri oleh anak bangsa.

“MRT tuh kan Jepang, ini [LRT] Indonesia baru belajar, tapi kalau enggak sekarang ya kapan lagi bangsa kita bisa? Harus optimistus,” tutur Djoko.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, Rabu (2/8/2023), Wamen BUMN, Tiko juga mengomentari ihwal kurangnya koordinasi antarkomponen dalam proyek LRT tersebut.

Salah satunya, Tiko membeberkan pihak Siemens sempat mengeluh karena 31 rangkaian kereta LRT yang dibuat oleh Inka memiliki spesifikasi yang berbeda-beda antar kereta mulai dari dimensi, berat, kecepatan hingga pengereman.

“Akibatnya, sistem software harus diperlebar toleransinya sehingga cost-nya [biaya] pun naik,” kata Tiko.

Sebagaimana diketahui, komponen proyek LRT Jabodebek terdiri dari enam komponen, antara lain PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) di bagian prasarana; PT Industri Kereta Api (Inka) di pembangunan rangkaian kereta LRT; dan PT Len Industri (Persero) menangani persinyalan LRT.

Sementara itu, KAF bertugas di komponen permesinan kereta; PT Indosat di bagian konektivitas; serta Siemens yang bertanggung jawab di bagian pengembangan perangkat lunak [software].

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul LRT Jabodebek Salah Desain? MTI: Longspan Sudah Lolos Rekomendasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya