SOLOPOS.COM - Warga Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Solo, Jarot, 57, mempraktikkan proses pembuatan kerajinan semen buatannya, dalam Solo Art Market, Jl. Diponegoro, Solo, pada Minggu (30/4/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Warga Pajang, Laweyan, Solo, Jarot, 57, sukses membuat kreasi kerajinan handmade dari semen.

Saat ditemui Solopos.com di jalur pedestrian Ngarsapura, Jl. Diponegoro, Solo, dalam Solo Art Market pada Minggu (30/4/2023).

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Jarot menjelaskan mulai membuat kerajinan dari semen sejak 2021 saat pandemi Covid-19. Sebelumnya ia memang akrab dengan pembuatan gerabah ataupun pembuatan patung.

Berbekal keahliannya tersebut, ia memulai membuka usahanya sendiri dengan merek Tangan Bapak.

Ia memilih bahan semen yang relatif mudah ditemukan karena ia tinggal di perkotaan. Bahan dasar gerabah yang biasanya tanah liat, sulit ditemukan di Kota Bengawan. Kalaupun ada, ia harus mencari di sudut perkampungan.

“Awal mulanya saya pakai semen karena termudah, mudah didapatkan waktu itu. Karena saya tinggal di kota kalau cari tanah liat harus cari ke kampung, sulit sekarang dapatnya. Semen sekarang yang lebih gampang,” terang Jarot.

Ia menilai membuat kerajinan berbahan dasar semen dan pasar lebih mudah, dalam hal pasokan bahan baku. Tinggal bagaimana ia mengreasikan bentuk yang diinginkan.

“Pasir diayak halus, dua kali ayakan, baru kami gunakan, untuk memisahkan kerikil dengan pasir baru kami olah sedemikian rupa jadi barang kerajinan,” tambah Jarot.

Ia berhasil menyulap semen dan pasir tersebut menjadi asbak, pot bunga dengan beragam bentuk, misalnya angsa, kayu pinus. Selain pot bunga, ia bisa membuat patung dari semen, misalnya patung naga.

Mengenai bentuk desain, biasanya ia menyesuaikan pesanan pelanggannya. Saat membuat asbak ataupun pot ia membutuhkan waktu selama empat hari.

Prosesnya dimulai dari pembentukan, kemudian tahap kedua melapisi hasil pembentukan pertama dengan kain perca dengan cara dicelupkan pada adonan semen, kemudian finishing yaitu pewarnaan, dan proses pengeringan.

Perbedaannya dengan gerabah dari tanah liat adalah tidak perlu dibakar. Untuk patung berukuran sekitar 30 sentimeter, paling tidak ia membutuhkan waktu selama sebulan.

“Karena detailnya, kerumitan dari kepala hingga sisik naga hingga ke belakang,” ujar Jarot. Mengenai promosi karya seninya, masih memanfaatkan promosi dari mulut ke mulut di Soloraya.

Pesanan dalam sebulan juga tidak menentu, yang penting menurutnya adalaah menyediakan stok atau menunggu permintaan pelanggan.

Harga barang kerajinan yang ia buat cukup terjangka. Harga asbak berkisar Rp15.000/buah hingga Rp20.000/buah. Pot bunga dibanderol dengan harga Rp20.000/buah hingga Rp25.000/buah, serta untuk patung mulai Rp50.000/kg.

“Memang murah terjangkau, ibaratnya menyenangkan hati orang ingin memiliki dengan dana pas-pasan,” terang Jarot.

Ia menerangkan modal yang ia keluarkan relatif minim. Hanya proses pembuatan yang sulit. Misalnya untuk asbak, rata-rata modal satu buah asbak berkisar Rp5.000 dan mampu ia jual hingga Rp15.000.

Modal satu kilogram semen bisa ia kreasikan menjadi empat buah asbak berdiameter tujuh sentimeter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya