Bisnis
Minggu, 20 Agustus 2023 - 08:33 WIB

Modal Asing Keluar dari RI Rp6,79 Triliun pada 14–16 Agustus, Ini Penjelasan BI

Newswire  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bank Indonesia (BI) meluncurkan white paper, yang mencakup desain pengembangan Central Bank Digital Currency (CBDC) atau Rupiah digital.(Ilustrasi/Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing yang keluar Indonesia sebesar Rp6,79 triliun pada 14-16 Agustus 2023.

Mengutip Antaranews, Minggu (20/8/2023), Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan nilai tersebut terdiri dari modal asing keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp3,65 triliun dan modal asing keluar dari pasar saham sebesar Rp3,14 triliun.

Advertisement

Dengan catatan tersebut, maka modal asing bersih yang masuk ke Indonesia sejak 1 Januari hingga 16 Agustus 2023 adalah sebesar Rp94,95 di pasar SBN dan Rp4,82 triliun di pasar saham.

Di sisi lain, BI melaporkan premi risiko investasi atau premi credit default swaps (CDS) Indonesia 5 tahun mengalami peningkatan menjadi 87,38 basis poin (bps) per 17 Agustus 2023, naik bila dibandingkan data per 11 Agustus yang tercatat sebesar 79,13 bps.

Advertisement

Di sisi lain, BI melaporkan premi risiko investasi atau premi credit default swaps (CDS) Indonesia 5 tahun mengalami peningkatan menjadi 87,38 basis poin (bps) per 17 Agustus 2023, naik bila dibandingkan data per 11 Agustus yang tercatat sebesar 79,13 bps.

Adapun terkait perkembangan nilai tukar rupiah menunjukkan pelemahan pada Jumat (18/8) pagi, yakni dibuka pada level Rp15.300 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.280 per dolar AS pada penutupan Rabu (16/8).

Sementara rupiah melemah, indeks dolar AS menunjukkan penguatan ke level 103,57 pada Rabu.

Advertisement

Erwin mengatakan BI terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait dalam menyikapi kondisi perekonomian global dan domestik terkini.

Selain itu, BI juga mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.

Penyaluran Kredit

Di sisi lain, Survei Perbankan Bank Indonesia (BI) menunjukkan pembiayaan korporasi pada Juli 2023 terindikasi tumbuh terbatas.

Advertisement

Dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan terbatasnya pertumbuhan pembiayaan korporasi tercermin pada Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi sebesar 17,6 persen, relatif stabil dibandingkan SBT 17,8 persen pada Juni 2023.

Adapun sumber pembiayaan korporasi terutama berasal dari dana sendiri, diikuti pembiayaan yang berasal dari perbankan dalam negeri dan pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik.

Penyaluran kredit baru oleh perbankan pada Juli 2023 juga terindikasi tumbuh terbatas dibandingkan bulan sebelumnya.

Advertisement

SBT penyaluran kredit baru pada Juli 2023 tercatat sebesar 45,1 persen. Meski tetap tumbuh positif, namun angka tersebut lebih rendah bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 81,7 persen.

Erwin menyebut faktor utama yang mempengaruhi penyaluran kredit baru tersebut, antara lain permintaan pembiayaan dari nasabah, prospek kondisi moneter dan ekonomi ke depan, serta tingkat persaingan usaha dari bank lain.

Sementara itu, untuk keseluruhan triwulan III 2023, penawaran penyaluran kredit baru dari perbankan diprakirakan meningkat.

Pada sisi rumah tangga, permintaan pembiayaan baru terindikasi meningkat pada Juli 2023. Hal itu terindikasi dari responden rumah tangga yang melakukan penambahan pembiayaan melalui utang/kredit pada Juli 2023 sebesar 11,4 persen dari total responden, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 9,7 persen.

Sementara itu, pemenuhan pembiayaan rumah tangga yang berasal dari bank umum sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya, yakni turun dari 41,4 persen menjadi 37,1 persen.

Adapun selain perbankan, sumber pembiayaan lain yang menjadi preferensi rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan antara lain koperasi (21,7 persen) dan leasing (17,3 persen).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif